PART 40

95 15 0
                                    

•Happy Reading•

Beberapa bulan telah berlalu dengan begitu cepatnya. Dan dalam dua minggu ke depan, Visha akan dihadapkan dengan ujian kelulusan disekolah nya. Membuat ia harus belajar lebih giat untuk hasil ujian yang memuaskan.

Ceklek

Pintu kamar Visha terbuka. Gadis yang saat ini fokus membaca buku-buku catatannya itu tidak menoleh sedikitpun. Ia tahu jika sosok yang membuka pintu saat ini adalah sang Ibu, Astrid.

"Udah jam 11, bukunya ditutup, ya, Nak?"

Visha melirik sekilas ke arah wanita berusia 37 tahun itu, kemudian ia kembali fokus pada buku-bukunya.

"Bentar lagi, Bu." ucapnya sembari membalik halaman buku catatannya.

Astrid melangkah mendekati Visha, ia memegang erat pundak anak gadisnya, "Kamu belakangan ini cuek banget ke Ibu. Ada apa, Nak? Ibu ada buat salah? Boleh kasih tahu salah Ibu apa?" tanya Astrid dengan suara halusnya.

Visha hanya menggelengkan kepalanya singkat.

"Kalau Ibu ada salah, Ibu minta maaf, ya? Jangan cuekin Ibu seperti ini, Nak." ucapnya dengan suara yang bergetar.

"Ibu gak punya siapa-siapa di dunia ini selain kamu, Nak. Cuma kamu yang Ibu punya, sayang."

"Kalau memang Ibu ada salah, tolong kasih tahu dimana letak kesalahan Ibu. Insyaallah akan Ibu perbaiki. Ibu juga hanya seorang manusia biasa, Nak. Ibu juga bisa salah. Sama seperti manusia lain." ucapnya seraya mengelus halus rambut sang anak.

Mendengar penuturan Astrid membuat dada Visha terasa sesak. Gadis itu berusaha menahan air matanya agar tidak  jatuh.

Cukup lama hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Sampai akhirnya Visha membuka suaranya.

Ia menghela napasnya dahulu sebelum berucap, "Ibu udah gak sayang sama Bapak, kan?" tanyanya dengan suara yang bergetar karena menahan tangisnya agar tidak pecah.

Saat itu juga tubuh Astrid mematung tat kala mendengar pertanyaan itu terlontar dari mulut sang anak. "Kenapa kamu tanya hal itu, Nak?" tanyanya.

Visha menutup buku yang sedari tadi ia baca. Lalu ia sedikit mendongak untuk menatap Astrid.

"Tolong jujur sama Visha, Bu. Ibu udah gak sayang sama Bapak, kan? Bapak udah gak ada di hati Ibu lagi, kan?" tanyanya beriringan dengan satu bulir air mata jatuh dipipinya.

"Kenapa Ibu tega sih bohongin Visha? Memangnya Visha salah apa sama Ibu?"

"Kalau boleh jujur, sebenarnya Visha gak mau kecewa sama Ibu. Tapi, udah terlanjur, Bu. Visha udah kecewa sama Ibu." ucapnya dengan air mata yang terus mengalir.

Astrid menggelengkan kepalanya. Ia mensejajarkan tubuhnya dengan posisi duduk Visha. Kemudian ia langsung memeluk erat tubuh anak gadisnya yang bergetar hebat karena menangis. "Ibu minta maaf sama kamu, Nak."

"Ibu minta maaf karena sudah membuat kamu kecewa." ucap Astrid seraya mengelus-elus punggung Visha.

"Ibu salah, Nak. Ibu minta maaf."

"Silahkan kamu marah sama Ibu. Ibu gak papa. Ibu ikhlas kalau kamu marah sama Ibu."

Visha memeluk erat tubuh sang Ibu. Ia merasakan kehangatan yang  mendalam disana. Air matanya terus mengalir seiring berjalannya waktu.

Cukup lama mereka berdua hening dalam keadaan masih saling memeluk. Sampai akhirnya Visha melepaskan pelukannya.

Gadis itu menatap mata sendu milik sang Ibu lekat. "Tolong jujur sama Visha, Bu. Bisa, kan?"

Lantas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang