4. Alas Tikar

216K 26.7K 1.1K
                                    

-H A P P Y R E A D I N G-

***

Saat istirahat tiba, Araya langsung keluar dari kelasnya. Ia ingin segera mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Dan juga pastinya ia sengaja cepat-cepat keluar dari kelas, karena tengah menghindari Alaskar.

"Lu pada ngerasa aneh gak sama si Aya?" tanya salah satu cowok dengan pandangan mata menatap lurus ke arah yang jadi topik pembicaraannya.

"Kirain cuma gue doang yang ngerasa kalo si Aya hari ini aneh banget, gak kaya biasanya," timpal satunya lagi, yang memiliki nama Garvan Fernando. Sedangkan yang tadi memulai topik pembicaraan adalah Zeyn Chandrio.

Mereka berdua adalah anggota inti Ravloska. Inti Ravloska terdiri dari tujuh orang, yaitu :

1. Alaskar Galendra
2. Garvan Fernando
3. Arthur Anggara
4. Zayn Chandrio
5. Zeyn Chandrio

Bagaimana dengan dua orang lagi? Dua orang lagi adalah Aldarren dan sahabatnya.

Zayn dan Zeyn sendiri merupakan saudara kembar selisih lima menit saja. Namun kepribadian mereka sangat bertolak belakang. Jika Zayn memilili sikap dewasa, sedangkan Zeyn memiliki sikap seenaknya dan sangat bobrok.

"Gak ada angin gak ada badai, si Aya tiba-tiba pindah tempat duduk jadi sama si Elita," ucap Garvan lagi.

"Dia marah kali sama lo, Kar. Gara-gara kemaren lo pukul kepalanya pake bola basket," Zeyn menimpali.

"Gue gak sengaja," jawab Alaskar terlihat tidak peduli. Kedua matanya fokus ke makanan.

"Gue juga denger dari anak-anak yang lain, kalo si Aya berangkat sekolah gak bareng sama si Darren." Akhirnya Zayn membuka suara.

"Terus, biasanya kan kalo istirahat begini dia suka nempel sama si Alaskar dan kita semua," tambah Zeyn.

"Iya, ya. Tumben dia gak nyamperin kita," ucap Garvan mengiyakan. "Menurut lo dia kenapa, Kar?"

"Gue gak tau."

Garvan kurang puas dengan jawaban Alaskar.

"Thur, menurut lo si Aya kenapa?" tanya Zayn kepada Arthur yang dari tadi hanya menyimak.

"Jangan tanya gue, tanya sama diri lo semua."

Baru juga mereka akan menimpali perkataan Arthur, namun terhenti kala dua orang gadis menghampiri meja mereka.

"Sori, meja yang lain udah penuh. Aku boleh duduk bareng kalian?"

"Jelas boleh, dong. Apa sih yang engga buat Ayang Kiran," jawab Zeyn dengan semangat.

Ya, kedua gadis itu adalah Kirania Adeline dan sahabatnya yang bernama Yollanda. Kiran hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Zeyn. Ia melirik kepada cowok yang tengah memandang ke arah lain.

"Alaskar, aku boleh duduk di sini, kan?" tanyanya dengan nada lembut.

"Ngapain pake minta izin segala. Lo kan pacarnya si Alaskar, ya boleh, lah," saut Garvan.

"Duduk," ucap Alaskar seolah merupakan perintah. Kedua cewek itu pun langsung duduk. Kiran duduk di antara Alaskar dan Yolla.

"Tumben Araya gak bareng sama kalian." Kiran mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung.

"Gak tau. Kita juga heran kenapa dia gak nyamperin kita," jawab Zeyn.

"Hari ini dia gak buli lo, kan?" tanya Garvan dengan nada khawatir.

Kiran menggelengkan kepalanya. "Dari pagi aku kan sama kalian. Dan sekarang dia gak ada buli aku."

Pesanan Kiran sudah datang. Dia mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kantin yang sudah mengantarkan makanannya.

"Makan yang banyak," ucap Alaskar seraya mengelus kepala gadisnya lembut.

"Dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak!" ujar Zeyn dan Garvan serempak.

Kiran hanya tertawa pelan, sedangkan Alaskar tersenyum memandang gadis yang tengah tertawa itu. Namun, salah satu dari mereka memandang pasangan tersebut dengan raut wajah yang tak biasa.

***

Araya memakan baksonya dengan lahap. Dia tau bahwa meja paling pojok tengah pada memandang ke arahnya, namun ia tidak peduli.

"Ray, lo diliatin sama anak-anak Ravloska dari tadi."

Elita yang juga menyadarinya membuka suara.

"Apa urusannya sama gue?" tanya Araya dengan mulut penuh makanan.

"Ya, lo kan bagian dari mereka."

"Bagian? Mereka aja jahat sama gue, gimana bisa gue disebut jadi bagian dari mereka?"

Mendengar jawaban Araya membuat Elita menghela napas.

"Coba aja si Kiran gak muncul, pasti mereka masih sama kayak dulu. Memperlakukan lo layaknya queen."

Araya hanya mengedikkan bahunya acuh. Sesekali ia melirik ke arah Alaskar yang sedang memandang ke arahnya. Namun dengan secepat kilat Araya mengalihkan pandangannya.

"Panjang umur juga tuh cewek. Baru juga gue omongin udah dateng."

Araya mengikuti kemana arah pandang Elita. Dan benar saja, ada dua cewek yang sedang berjalan ke arah meja Ravloska. Araya bisa pastikan kalau yang berambut panjang adalah Kiran, dan yang rambutnya pendek adalah sahabatnya yang bernama Yolla.

Araya lupa-lupa ingat sama alur ceritanya. Termasuk kalau ia dan sang protagonis sekelas. Bahkan kedua cewek itu tadi pagi memasuki area kelas bersama Ravloska. Kirania Adeline benar-benar sudah merebut posisinya di Ravloska.

Araya memandang jijik ketika Alaskar mengelus kepala Kiran dengan lembut.

"Alay, najis!"

"Kenapa lo? Cemburu?" tanya Elita.

"Gue? Cemburu sama si alas tikar? Mimpi!"

"Alas tikar, alas tikar. Namanya Alaskar, bukan alas tikar," koreksi Elita.

"Namanya gak cocok buat cowok modelan kek dia."

"Bilang aja sii, kalo lo cemburu," goda Elita.

"Lo pernah ditusuk pake garpu gak, El?" tanya Araya dengan tatapan mengerikan seraya menyodorkan garpu ke wajah Elita.

"Anjir! Sejak kapan lo jadi psikopet?!"

"Psikopat woi, bukan psikopet," koreksi Araya.

"Sama aja padahal."

"Tau, ah. Lo gak asik," ucap Araya seraya berlalu pergi meninggalkan Elita sendirian.

"Heh, maen pergi-pergi aja lo! Dasar temen minim akhlak!"

"Bacot jomblo!" teriak Araya sambil mengacungkan jari tengahnya tanpa menoleh ke belakang.

Perbuatannya tersebut dilihat semua orang yang ada di kantin, termasuk anggota Ravloska.

-batas suci-

TRANSMIGRASI ARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang