53. Nathan Mabuk?

128K 15.9K 1.2K
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Araya memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. Gadis itu berdiri di depan cermin dengan kedua mata yang berbinar, sesekali tubuhnya bergerak memutar dengan perlahan.

"Kecantikan gue bertambah jadi seratus kali lipat," ucap Araya sambil berdecak kagum. "Kok bisa gue secantik ini?"

Gadis itu terus memberikan pujian kepada dirinya sendiri. Balutan dress dengan desain off shoulder atau dress berlengan pendek yang terbuka di bagian pundak atas, tampak terlihat sangat cocok di tubuhnya.

"Beruntung banget yang nanti jadi jodoh gue."

Araya terus tersenyum puas melihat penampilan dirinya malam ini.

"Sayang, ayo berangkat. Nanti kita telat," ucap Arumi di depan pintu kamarnya.

"Iya Ma, bentar!"

Dengan tergesa Araya segera keluar dari kamarnya. Namun baru beberapa langkah tumitnya keseleo.

"Heelsnya bikin ribet, njir!"

Dia tidak terbiasa memakai high heels membuatnya sedikit kesulitan untuk berjalan. Dengan langkah perlahan namun pasti, Araya segera menghampiri kedua orang tuanya yang sudah menunggu di depan.

Malam ini kedua orang tuanya mengajak dirinya ke sebuah acara, yaitu acara yang melibatkan pemilik perusahaan yang ada di kota ini. Awalnya Araya menolak, namun Papanya sedikit memaksa dengan alasan keluarga pemilik perusahaan wajib ikut.

Sesampainya di tempat tersebut, kedua matanya membola. Ternyata tidak sedikit orang yang datang, tapi sangat banyak.

"Ayo Sayang," ajak Papanya seraya menggandeng tangan istri dan anaknya.

Araya berjalan dengan sangat hati-hati agar tidak keseleo. Walaupun sesekali dia hampir keseleo membuat Papanya menoleh, dia hanya menyengir saja.

Saat sampai di dalam gedung banyak orang yang menyapa Papanya. Bahkan rata-rata membahas soal perusahaan. Terkadang teman-teman Papanya menyapa Araya, dia hanya membalasnya dengan mengangguk seraya tersenyum.

"Araya."

Araya menoleh. "Galang? Lo ke sini juga?"

Galang terkekeh pelan. "Gue ikut sama bokap, si Jovan sama si Reno juga ada di sini."

"Seriusan? Mana mereka?" tanya Araya melihat ke sekitar.

Galang menunjuk ke arah salah satu meja paling pojok. Araya bisa melihat Jovan yang sedang asik berbincang dengan Reno.

"Lo sendiri tumben-tumbenan ikut ke acara kayak ginian."

Araya mendekat, berbisik tepat di telinga Galang.

"Bokap gue nyuruh ikut, kalau nolak gue enggak bakalan dapet warisan," bisik Araya di telinga Galang.

Galang terkekeh pelan mendengar bisikan dari gadis itu. Dia berdeham agar berhenti terkekeh.

"Mau ikut nyamperin mereka? Tapi enggak ada si Nathan," ajak Galang.

"Nanti deh, gue ikut sama orang tua gue dulu."

TRANSMIGRASI ARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang