44. Penjelasan

127K 18K 518
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

"Baiklah, untuk tugas yang akan dikumpulkan minggu depan, Ibu akan mengacak dua orang perkelompoknya."

Seketika seisi kelas rusuh karena keputusan guru mereka yang sangat tiba-tiba sekali.

"Kenapa gak sama teman sebangku aja, Bu?" tanya Garvan.

"Tidak bisa. Apapun yang sudah menjadi keputusan Ibu, tidak akan berubah," ujar Bu Hena.

Hampir seisi kelas menghela napas mendengar pendirian Bu Hena.

"Silakan ambil nama yang akan menjadi partner kalian," perintah Bu Hena.

Satu persatu mereka maju ke depan, begitu pun dengan Araya. Dia tidak akan keberatan satu kelompok dengan siapapun, kecuali manusia bernama Alaskar.

"Gue dapet si Zayn? Padahal berharapnya dapet si Arthur," ujar Elita kecewa.

Araya terkekeh pelan. "Katanya cuma temen, tapi kok berharap?"

Elita hanya mendelik tidak suka. "Lo sendiri dapet siapa, Ray?"

"Si Kiran," jawab Araya dengan santainya.

"What?! Demi apa?"

Araya menunjukkan kertas nama dengan siapa dia berkelompok. Elita membelalakkan kedua matanya dengan mulut terbuka lebar.

"Bu, ini bisa saling tukar gak?" tanya Alaskar tiba-tiba, membuat satu kelas keheranan.

"Emang kamu mau tukaran sama siapa Alaskar?"

"Mau tukar punya Kiran, Bu. Dia lebih baik sama saya, dan Araya dengan Garvan," usul Alaskar.

Bu Hena terlihat mengernyit kebingungan. "Apa ada masalah, Alaskar?"

"Enggak, Bu. Gak perlu ditukar, gak ada masalah apa-apa kok," jawab Kiran dengan cepat.

"Baiklah. Lagipula Ibu tidak akan mengizinkan siapapun dari kalian untuk menukarnya, apapun alasannya!" tegas Bu Hena.

Alaskar menoleh ke arah gadisnya dengan bingung, sedangkan Kiran hanya memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Ray," panggil Elita pelan.

"Kenapa?" tanya Araya penasaran.

"Agak aneh gak sih, sama mereka berdua?" bisiknya.

Kedua alis Araya saling bertautan, kedua matanya memandang Alaskar dan Kiran secara bergantian. Araya hanya mengedikkan bahunya dengan acuh.

Saat itu bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Bu Hena pun mengakhiri kegiatan mengajarnya, dan mempersilakan mereka untuk beristirahat.

"Lo mau ke kantin gak? Gue laper nih," ucap Elita.

"Gue mau ke belakang sekolah."

"Ngapain lo ke sana? Ketemuan sama penghuni sekolah?" tanya Elita.

"Sembarangan! Gue mau maling jambu air, ikut kagak?" ajak Araya.

"Idih ... Dosa kok ngajak-ngajak."

"Biar dosanya dibagi dua, El."

"Dibagi dua, lo kira kiko?!" sungut Elita kesal. Araya hanya menyengir saja.

"Araya."

Araya menoleh saat suara lembut milik Kiran memanggil namanya, gadis itu berjalan ke arahnya dengan wajah yang seperti takut.

TRANSMIGRASI ARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang