37. Fakta Baru?

146K 19.7K 2.9K
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

"Kenapa lo bawa gue ke sini?"

Kedua matanya mengedar ke segala arah. Dia melihat sebuah bangunan rumah yang terbengkalai di depannya.

"Lo mau bunuh gue di sini?" tanya Araya menoleh ke Nathan.

Setelah dari tempat bangunan tua tadi, Nathan membawa dirinya ke tempat ini, yang jaraknya lumayan jauh. Hari mulai petang, dan Araya masih di sini.

"Lo gak inget tempat ini?"

"Gimana gue mau inget, ini pertama kalinya gue ke sini," jawab Araya.

Nathan setengah tersenyum, membuat Araya semakin kebingungan.

"Udah gue duga lo bukan Araya yang asli."

"Maksud lo?" tanya Araya tidak mengerti.

"Kalo lo Araya yang asli, pasti tau tentang tempat ini."

Araya terbungkam. Dia tidak tau tempat apa ini, yang dia tau hanya sebuah bangunan rumah yang terbengkalai.

Araya tertawa hambar. "Ngaco lo, Nath. Gue Araya Loovany, gue udah jujur sama lo tadi."

"Lo pikir gue bodoh?"

Araya langsung menutup bibirnya rapat-rapat. Sepertinya Nathan mengetahui sesuatu.

"Kepribadian lo berbanding terbalik dengan Araya yang gue temui dulu. Araya yang gue kenal itu cengeng, gak barbar kek lo."

Kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain.

"Sekarang gue tanya, pertama kali gue ketemu sama lo dimana?"

"Di taman, saat gue lagi duduk sendirian," jawab Araya sedikit ragu.

Nathan tersenyum sinis seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Lo kenapa bisa ada di sini?" tanya Nathan.

"Gue kan ke sini bareng sama lo! Amnesia apa gimana?" jawab Araya sedikit emosi.

"Bukan itu maksud gue. Kenapa lo bisa ada di tubuh si Araya Loovany?"

Mata Araya melebar seketika, dia sedikit syok dengan pertanyaan yang Nathan lontarkan.

"Keknya lo mau kerasukan Nath, kita mesti balik sekarang," ucap Araya menarik tangan Nathan.

Tetapi tangannya langsung dihempaskan oleh laki-laki itu. Araya menoleh ke arah Nathan.

"Lo mau terus-terusan bohongin gue?"

"Lo gak cape jadi pembohong, Ray?"

Araya menghela napas jengah. "Nath, udah gue bilang kalo gue Araya Loovany!"

Nathan terlihat menahan emosinya, bahkan wajahnya memerah. Kedua tangannya terkepal.

"Lo bisa bodohin Ravloska, tapi gak bisa buat bodohin gue."

TRANSMIGRASI ARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang