15. Permintaan Araya

193K 22.9K 876
                                    

-H A P P Y R E A D I N G-

***

Lama kelamaan Araya merasa bosan. Dia ingin sekali memakan aneka gorengan di hadapannya. Sesekali ia juga berbicara dengan anggota Levator, kecuali Reno. Melihat manik matanya saja sudah membuat Araya merinding.

"Lo gak haus sama sekali, Ray?" tanya Galang.

"Buka aja masker, lo. Gue yakin kita kuat melihat kecantikan yang lo punya," tambah Jovan.

"Haha, enggak, deh. Aurat soalnya."

"Aurat-aurat, rambut lo aja kemana-mana!" sungut Jovan sedikit emosi.

"Ngomongnya biasa aja, Van. Air liur lo muncrat ke wajah gue," ucap Nathan menyeka wajahnya. Sedangkan si pelaku hanya nyengir kuda.

Ponsel Araya bergetar tanda sebuah pesan masuk. Dia tersenyum cerah saat menerima pesan tersebut.

"Gue harus pergi sekarang."

Ucapan Araya mampu membuat mereka seketika menghentikan aktivitasnya.

"Lah, mau kemana? Si Nathan aja masih di sini," ujar Galang.

"Temen gue sebentar lagi dateng, jadi sori banget gue harus pergi sekarang."

"Temen lo siapa? Cewe atau cowo? Kalo cewe, cantik gak?"

Galang menggeplak kepala Jovan. "Otak lo isinya cewe mulu. Nilai lo merah semua, noh!"

"Eh, yang paling penting itu nyari cewe buat masa depan. Soal nilai belakangan."

"Semerdeka lo aja!"

Araya mengalihkan pandangannya kepada Nathan.

"Thanks, udah ajak gue bolos, Nath."

Araya mengeluarkan uang berwarna biru dan menyodorkannya ke cowok itu.

"Lo kira gue ojek?" tanya Nathan.

"Lah, gue kan udah janji mau bayar lo."

"Duit gue banyak, simpen aja buat keperluan lo," tolak Nathan sombong.

"Idih, duit gue juga banyak kali," balas Araya tidak mau kalah.

Nathan tersenyum sinis. "Palingan itu duit orang tua lo."

"Dih, lo juga sama. Palingan duit punya bokap lo!" Araya jelas tidak mau kalah.

Jovan dan Galang melongo melihat kedua manusia yang sedang berdebat.

"Baru kali ini gue liat orang adu kesombongan secara langsung," gumam Jovan.

Tid!

Suara klakson mobil menyadarkan mereka. Araya melirik ke arah mobil tersebut, seketika senyumnya semakin mengembang.

"Temen gue udah datang, gue duluan ya. Seneng bisa ketemu sama kalian," pamit Araya.

"Ya, lain kali ikut lagi sama si Nathan. Biar bisa ketemu lagi," ucap Galang.

"Kalau kesini lagi, jangan lupa bawa cewe cantik buat gue." Araya memutar bola matanya malas mendengarkan ucapan Jovan.

"Hati-hati."

Araya hanya mengangguk. "Makasih, Nath. Gue duluan, ya."

Sebelum pergi Araya sempat melirik ke arah Reno yang masih acuh saja. Dia menghela napasnya lalu berjalan menuju mobil berwarna merah yang sudah menunggunya.

TRANSMIGRASI ARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang