33. Petunjuk Pertama

142K 20K 1.2K
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Suara dentingan sendok beradu dengan piring terdengar di ruang makan keluarga Araya. Hari ini dia sangat bersemangat untuk pergi sekolah karena mendapatkan mobil dari Irawan-Papanya.

"Lo kenapa cengar-cengir mulu?" tanya Darren melirik Araya yang tanpa henti tersenyum.

"Diem, gue lagi seneng."

Irawan menoleh ke arah Araya dan Darren. Dia menggelengkan kepala melihat kedua anaknya.

"Aya."

"Kenapa Pa?" saut Araya dengan semangat.

"Papa emang kasih kamu mobil. Tapi untuk saat ini Papa gak akan izinin kamu buat nyetir sendiri."

"Loh ... kok gitu? Aya kan udah bisa nyetir sendiri, Pa."

Arumi tersenyum melihat Araya yang tampak tidak terima dengan keputusan suaminya.

"Aya, kamu emang bisa nyetir sendiri. Tapi masalahnya, kamu belum terlalu lancar. Pas waktu di tes sama Papa kamu aja, kamu nabrak pot bunga yang ada di depan."

Darren menahan tawanya agar tidak meledak saat itu juga. Araya hanya mencebikkan bibirnya kesal.

"Apa yang dikatakan Mama kamu benar Aya. Kami cuma takut sesuatu yang buruk terjadi sama kamu," tambah Papanya.

Araya mengambil napas lalu menghembuskannya.

"Well, Aya akan belajar nyetir lagi biar makin lancar. Sayang banget soalnya kalo mobil mahal gak dipamerin."

Arumi dan Darren seketika melotot ke arah Araya, sedangkan Papanya hampir saja tersedak air minum.

"Heh, gak boleh sombong!" tegur Arumi.

"Engga sombong, Ma. Cuma mau pamer dikit."

"Sama aja Aya," tambah Darren.

Araya mendelik tidak suka kepada Darren. Tiba-tiba ponsel Araya bergetar di atas meja. Araya melirik siapa orang yang pagi-pagi sudah mengirimnya pesan.

Nathan : Gue di depan.

Hanya tiga kata tapi mampu membuat jantung Araya tidak baik-baik saja. Dia hampir saja tersedak makanannya sendiri.

"Aya berangkat sekolah dulu," ucap Araya sembari berdiri dan mengecup pipi kedua orang tuanya.

"Loh ... kok buru-buru?" tanya Arumi.

"Takut keburu telat, Ma."

"Lo bareng gue biar gak telat."

Araya melirik Darren malas. "TIDAK SUDI!"

Araya langsung mengacir keluar dari rumahnya setelah mengucapkan salam. Dengan langkah terburu-buru ia berjalan ke arah gerbang. Terlihat Nathan sudah duduk anteng di atas motor miliknya.

"Lo ngapain ke sini pagi-pagi, sih?!"

Nathan yang awalnya sedang bermain ponsel langsung memasukkannya ke dalam saku jaket.

"Bukannya gue udah bilang sama lo kemaren? Mulai hari ini lo berangkat sama gue," jelas Nathan.

Araya memutar bola matanya malas. Ia menoleh ke arah rumahnya. Matanya membola saat melihat Darren yang berjalan keluar dari dalam rumah.

Araya langsung naik ke atas motor Nathan. Membuat laki-laki itu sedikit kebingungan.

"Buruan jalan!"

"Santai, Ray. Kagak usah buru-buru juga, bel masuk masih lama."

TRANSMIGRASI ARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang