19. Terciduk

184K 23.8K 763
                                    

-H A P P Y R E A D I N G-

***

"Bi Tiyem, Aya pergi dulu, ya!" teriak Araya sambil menuruni anak tangga.

Bi Tiyem yang sedang beres-beres menoleh ke putri majikannya.

"Non Aya mau kemana?"

"Mau ngabisin duit Papa," jawab Araya membuat Bi Tiyem melongo tak percaya.

"Oh ya, si durjanah kemana, Bi?" Araya celingukan.

"Durjanah teh siapa Non?"

Araya memutar bola matanya malas. "Itu, loh. Si Darren."

"Hus! Gak baik manggil abang Non sendiri begitu," tegur Bi Tiyem. "Nak Darren lagi keluar."

Araya manggut-manggut tanda mengerti. Lalu ia mengulurkan tangannya ke Bi Tiyem.

"Apa nih, Non?"

"Ini tangan, Bi. Yakali ini kaki."

"Non lagi minta duit?"

"Bukan, maksud Aya mau salim."

"Salim?" beo Bi Tiyem yang masih kebingungan.

Araya langsung menyalami tangan Bi Tiyem.

"Araya berangkat, do'akan semoga uang Papa bisa Aya habisin ya, Bi!" ucap Araya setengah berteriak sembari melangkahkan kakinya keluar rumah.

Bi Tiyem terpaku dengan posisi tangan kanannya masih terangkat.

"Yang barusan beneran Non Aya?"

Tiba-tiba wajah Araya nongol di pintu membuat Bi Tiyem sedikit terkejut. Araya yang tau Bi Tiyem terkejut karena ulahnya hanya menyengir.

"Salamnya kelupaan, Assalamualaikum Bi!" teriak Araya.

"Waalaikumsalam," jawab Bi Tiyem masih terheran-heran.

***

Sedangkan Araya pergi ke suatu kafe yang dimana sudah ada Elita yang menunggunya. Mereka berencana untuk berghibah bersama di sana.

"Ray, menurut lo ini ganteng, gak?"

Elita menunjukkan foto seseorang di layar ponselnya. Araya langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kagak ada ganteng-gantengnya sama sekali itu woi! Masa rambutnya kek rambut jagung."

"Sembarangan rambut jagung! Gini-gini juga dia anak tunggal kaya raya," bela Elita.

"Anak tunggal kaya raya? Pasti warisannya banyak, buat gue aja ya?"

Elita menjitak kening Araya gemas, membuat gadis itu mengaduh.

"Sejak kapan lo jadi matre, hah?! Giliran duit aja gercep."

Araya menghela napas. "Gue gak matre. Emangnya lo mau hidup makan cinta doang? Kagak bikin kenyang."

TRANSMIGRASI ARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang