Tiga belas - Main

1 0 0
                                    

"Apa pun, asal kalian senyum, ketawa, bahagia, semua bakal gue lakuin."
–Sekar Adeena Puriwati

***

Pukul delapan pagi, Anjani sudah berdiri di depan rumah dengan senyuman manisnya. Ia mengenakan sweater turtleneck berwarna cokelat susu, skinny jeans, dan sepatu boots berwarna putih. Di pundaknya tersampir sling bag berwarna senada dengan sepatunya. Rambut Anjani saat ini dikepang dan disampirkan ke bahu kanannya. Ia tidak memakai riasan apa pun selain bedak yang tipis dan liptint. Namun, dirinya terlihat cantik dan natural.

Di sebelahnya, ada Arjuna yang menggenggam tangan kanan Anjani, sedangkan tangan kanan laki-laki itu digunakan untuk berkutat dengan handphone. Style yang digunakan Arjuna juga simpel. Kaos oblong putih, kemeja berwarna cokelat susu, celana jeans panjang, dan sepatu berwarna putih. Terlihat couple dengan Anjani.

Tak lama menunggu, sebuah mobil SUV bermerek Honda BR-V  dengan warna gold berhenti di depan rumah Anjani. Klakson pun menyala, tak lupa dengan Sinta yang melambaikan tangannya dari dalam mobil. Sekar ikut menurunkan kacanya lalu tersenyum pada Anjani.

"Aaaa, Sekar! Sinta!" Anjani tertawa riang lalu segera menuju mobil.

"Buruan, masuk! Gila, ya, lo! Masa ngajak main dadakan, untung aja gue udah bangun. Coba kalau belum? Pasti lo tinggalin, 'kan?!" omel Sinta sambil membenarkan rambutnya.

Tin! Tin!

Anjani menoleh, senyumnya semakin mengembang saat dilihatnya sahabat-sahabat Arjuna juga ikut datang. Empat motor bermerk Honda CRF1100L DCT Africa Twin berjejer di belakang mobil Sekar. Anjani berpikir jika mereka membeli motor itu barengan.

"Kalian ikut juga?!" tanya Anjani terkejut.

"Woiya, dong, Ayang. Masa aku biarin kamu sama buaya-buaya darat ini," balas Bima yang langsung mendapat tatapan tajam dari para sahabatnya, terutama Arjuna.

"Wah, keren! Keren!" Anjani bertepuk tangan sambil loncat-loncat kegirangan.

Sinta melihat ke kaca belakang lalu kembali melongokkan kepalanya ke luar. "Buset, itu motor belinya barengan apa gimana bisa kembar begitu?"

"Yoi, dong. Keren, 'kan? Gue nambah cakep, ya?" Pandu menyisir rambutnya ke belakang.

"KaPan cakep, ih!-"

"Ya, 'kan?"

"Motornya cakep!"

Anjani memberikan dua jempol pada Pandu.

Bukannya bangga, Pandu malah tersenyum paksa. Masih pagi udah dibikin kesel. Keep strong, Pandu!

"Masuk."

Suara Arjuna membuat Anjani refleks memutar tubuhnya ke belakang. Gadis itu lebih terkejut ketika melihat Arjuna menaiki motor dengan merek yang sama dengan sahabat-sahabatnya, padahal tadi subuh masih motor beat yang biasa dipakai.

Iya, Arjuna sudah di rumah Anjani sejak subuh. Itu karena Anjani yang merengek minta ditemani karena Putri bolak-balik keluar rumah untuk membantu tetangga yang akan melangsungkan pernikahan besok.

"Wah, Mas Ar makin ganteng!" Anjani terkikik lalu mengacungkan jempolnya.

"Anjay, Mas!"
"Kiw, Mas Arjuna!"
"Aduh, jangan-jangan manggilnya Adek sama Mas, nih!"
"Gue lebih dukung manggilnya sayang."

Anjani kembali menoleh ke sahabat-sahabat Arjuna. "Kepo!" Setelah mengucapkan itu, Anjani langsung masuk ke mobil.

Mobil Sekar maju terlebih dahulu agar motor Arjuna dapat keluar. Setelah itu, Arjuna dan Rama memimpin di depan, di tengah ada mobil Sekar, dan di belakang ada Raden, Bima, dan Pandu.

DescolarWhere stories live. Discover now