Delapan belas - Nakula?

0 0 0
                                    

"Ternyata bener. Lo cewek yang menarik."
–Nakula Saka Bentala

***

Brak!

Anjani menoleh. Ia tidak terkejut sama sekali karena tahu hal ini akan terjadi.

"Jani!"

Itu suara cempreng milik Sinta. Gadis itu masuk ke kamar Anjani setelah membanting pintunya. Di belakangnya, Sekar menyusul dengan membawa camilan

Mata Anjani langsung berbinar. "Susu buat Jani ada?"

Sekar mengangguk lalu memberikan sahabatnya itu minuman kesukaannya.

"Ayo! Gek ndang ngono, lho," desak Sinta yang sudah rebahan di samping Anjani. (Ayo! Buruan gitu, loh)

Anjani menatap sahabatnya itu sinis, tapi sayangnya sama sekali tidak terlihat begitu. Malah membuatnya lebih imut. Meskipun tak urung Anjani menceritakan semuanya sampai kejadian pada saat Arjuna menyudahi hubungan mereka.

"Udah gue bilang dia itu brengshake-"

"Brengsek," potong Sekar sekaligus membenarkan pelafalan Sinta.

"Sekar diem!" Mata Sinta melotot garang. "Pokoknya lo jangan deket-deket lagi sama dia, Jani. Udah jelas dia itu selingkuh! Dia cuma main-main doang sama lo. Lo juga! Gue udah bilang kalau kalian baru aja kenal, gimana bisa langsung jadian?! Lo kalau gue kasih tau pahami yang bener, dong, jangan iya-iya aja! Udah, deh. Jangan deket-deket lagi sama dia. Apa banget tiba-tiba jadian terus putus gitu aja. Dasar cowok prik, aneh, nggak jelas! Brengshake, nggak ramah, nggak dapet bintang!"

Anjani hanya mengangguk-angguk mendengarkan omelan Sinta yang tidak berhenti. Menurutnya, sahabatnya yang satu ini cocok menjadi ibu tiri.

Sekar pun tak jauh beda dengan Anjani. Toh, dia sudah biasa dengan tingkah Sinta yang selalu marah-marah, meskipun sebenarnya tujuannya sangat baik dan perhatian.

Setengah jam menunggu Sinta selesai memarahi Anjani, kini ketiganya sedang terdiam saling melirik.

"Jadi, lo mau gimana akhirnya?" tanya Sinta mengakhiri sesi marah-marahnya.

"Jani nggak tau, Jani cuma milih buat jalanin aja. Males mikir. Mungkin pelan-pelan Jani juga bakalan nanya ke Kak Ar alesan dia apa," jawab Anjani dengan tenang.

"Kalau bosen?"

Anjani menatap Sekar lamat-lamat sebelum tersenyum. "Kalau beneran bosen, ya nggak masalah. Berarti Jani emang nggak menarik buat Kak Ar."

"Terus lo rela kalau mereka jadian gitu aja?" tanya Sinta dengan nada malas. Jelas dirinya sangat kesal dengan Arjuna yang seenak jidat memutuskan hubungannya dengan sahabatnya.

Anjani terdiam sejenak. "It's okay."

"Mal?"

Itu pertanyaan dari Sekar. Gadis itu sengaja bertanya apakah mereka ingin pergi keluar atau tidak. Menurutnya baik juga untuk Anjani melepas kesedihan. Ia juga tidak ingin melihat Anjani terus-menerus memendam perasaan sakitnya.

"AYO! JANI MAU JANI MAU!" teriak Anjani semangat.

"Dompet lo pasti langsung kurus," ucap Sinta pelan, menatap Anjani yang kegirangan. Alasannya mengatakan itu jelas bukan karena Anjani akan memborong banyak barang, tapi yang diincar bocil berkedok gadis itu adalah makanan dan juga minuman. Terkadang Sinta sendiri heran ke mana makanan yang masuk ke perut Anjani, karena sepertinya Anjani bisa makan sebanyak apa pun tanpa merasa kekenyangan.

"Nggak, kok. Jani, 'kan, hemat."

Senyuman lebar dari Anjani semakin membuat kedua sahabatnya curiga bahwa kali ini Anjani akan semakin bar-bar dalam berburu makanan. Yah, harusnya mereka ke festival makanan saja jika ingin seperti itu.

DescolarWhere stories live. Discover now