Lima belas - Membalas

1 0 0
                                    

"Bang Jun, semuanya udah sesuai sama arahan lo," lapor Rama yang baru saja menerima telepon dari Raden.

Arjuna mengangguk. Laki-laki itu menyalakan handphone-nya untuk memberikan kabar pada gadisnya, tapi sebuah notifikasi membuat pikirannya kacau kembali.

Agni : Jun, pikirin baik-baik atau lo bakal nyakitin Anjani!

"Shit!"

Umpatan yang keluar begitu saja dari mulutnya membuat Rama dan Bima menoleh. Keduanya penasaran dengan Arjuna yang terlihat begitu emosi.

"Tanya nggak?" bisik Bima pada Rama.

"Dicuekin nggak, sih, kita nanti?" balas Rama juga dengan berbisik.

"Itu pasti."

"Ya udah diemin aja. Pura-pura nggak denger."

Arjuna yang menyadari keduanya membicarakan dirinya langsung menoleh. Namun, laki-laki dingin itu tidak berbicara apa-apa. Ia hanya memberikan kode pada Rama bahwa dirinya akan berangkat saat itu juga.

"Bang Jun."

Suara itu dari Bima, dan itu membuat Arjuna menghentikan langkahnya. Entah apa yang ingin Bima sampaikan hingga membuat dirinya sedikit gugup.

"Apa harus lo tanganin ini sendirian? Gimana kalau tiba-tiba rencana lo gagal?"

Itu benar. Rencana Arjuna adalah menggiring Radeya ke suatu tempat sendirian. Hal ini sama seperti yang dilakukannya pada Bima, mengeroyoknya sendiri. Namun, Arjuna tidak ingin melakukan pengeroyokan, justru ia sendiri yang akan membuat perhitungan pada Radeya.

Apakah bisa gagal seperti yang dikatakan Bima? Sangat mungkin, dan Arjuna bahkan sudah tahu jika Radeya akan menyadari jebakannya sejak awal. Namun, justru itulah yang diincar Arjuna. Radeya bukan orang yang suka lari ketika ditantang. Sebaliknya, laki-laki pencari onar itu akan datang dengan senang hati, meskipun situasinya tidak menguntungkan dirinya.

Setelah kurang lebih empat tahun berseteru dengan Radeya, Arjuna paham dengan pemikiran serta kebiasaan Radeya. Lalu kenapa ia tidak melakukannya dengan hal yang lebih mudah? Menyerang Radeya secara langsung misalkan, atau mengajak Radeya by one. Tentu hal itu bisa saja dilakukan. Namun, menurut Pandu itu membuat Radeya seakan menjadi tamu terhormat. Maka dari itu, cara inilah yang dipilih berdasarkan diskusi semalam.

Arjuna membalikkan badannya, hanya untuk memperlihatkan pada Bima sebuah tatapannya yang penuh keyakinan, tapi tidak ada yang tahu keyakinan apa itu. Seperti biasa, tanpa mengatakan apa pun, laki-laki kembali berjalan dan meninggalkan ruangan Bima.

Sembari mengatur emosinya akibat pesan dari Agni tadi, Arjuna mempercepat langkahnya menuju parkiran. Sejujurnya, ia bahkan sudah tidak sabar untuk membalas apa yang sudah dilakukan Radeya pada Bima.

Ting!

Pandu : target udah masuk, bos

Senyum jahat langsung tercetak di bibir Arjuna. Ia memasukkan handphone itu dan segera menaiki motornya, melesat menuju tempat yang menurutnya adalah tempat eksekusi Radeya.

Butuh waktu sejam untuk sampai pada tempat yang sudah didiskusikan. Di sana, sudah ada Raden yang menunggu sambil meminum segelas boba. Laki-laki itu pun berdiri tatkala Arjuna datang. Mereka bersalaman ala laki-laki lalu sama-sama memandangi arah di mana Radeya akan tiba.

Cukup lima menit setelahnya, deru motor milik Radeya terdengar. Arjuna dan Raden pun segera bersiap. Emosi langsung tercetak jelas di mata keduanya ketika Radeya sampai.

"Whoa! Whoa! Jadi, lo mau bales dendam ke gue, nih, Arjuna Saka Winanta?" tanya Radeya setelah membuka helm-nya.

"Nggak lo, nggak sodara lo, ternyata sama-sama suka ribut sama gue, ya."

DescolarWhere stories live. Discover now