Dua puluh satu - Kebingungan

0 0 0
                                    

"Entah harus percaya apa dan siapa, aku hanya menunggu kamu yang menjelaskan semuanya padaku."
–Anjani Putri Citrawati

***

"Hoaaamm, akhirnya istirahat juga. Ah, Bu Beti parah, deh, masa tiga jam pelajaran cuma dengerin kisah dia yang diulang-ulang. Nggak bosen apa? Gue aja bosen dengernya." Salsa menguap sekali lagi. Ia melirik tempat duduk sebelahnya di mana seharusnya Amel, sahabatnya itu duduk, tapi hari ini gadis itu tidak masuk karena harus ke luar kota bersama keluarganya. Salsa pun beralih pada Anjani yang mejanya sudah bersih.

"Cepet amat, Jan, beresnya."

Anjani tertawa kecil. "Jani mau buru-buru ke kantin."

"Ada apa emang?"

"Tadi pagi kata ibu kantinnya ada jajanan baru yang berhadiah. Jani mau beli itu. Dadah!"

"Baliknya bawain gue makanan, Jan!" ucap Sekar lantang karena Anjani sudah berada di pintu kelas. Gadis itu sedang datang bulan makanya memilih untuk diam saja karena masih terasa nyeri di pinggangku.

Sinta pun juga tidak bisa ikut karena ada panggilan ke ruang guru. Maka dari itu Anjani hanya bisa sendirian ke kantin.

Beruntungnya Anjani bukan orang yang begitu pendek sehingga bisa sampai ke kantin dengan lebih cepat karena langkah kakinya yang lebar dan panjang. Gadis itu segera pergi ke tempat di mana pagi tadi ia diberitahu ibu kantin. Matanya berbinar menatap jajanan yang digantung.

"Ah, ada tiga, ya. Hm ... Jani beli yang mana dulu, ya," gumamnya, dengan jari telunjuk berada di dagu.

"Kalau bisa semua kenapa harus satu?"

"Bener juga. Nanti kalau kehabisan, Jani juga yang repot."

Anjani mengangguk-angguk. Ia sudah memutuskan untuk membeli ketiga macam jajanan baru itu. Namun, dirinya langsung terkejut ketika teringat ada yang berbicara padanya tadi.

"Kak Ar?" Anjani tersenyum riang. Gadis cantik itu segera menaikkan tangan kanannya untuk menyapa. "Halo!"

"Mau dibeliin?" tanya Arjuna menunjuk jajanan berhadiah yang sedari tadi dipikirkan Anjani.

Tentu saja Anjani mengangguk. Selagi bisa mendapatkan gratisan kenapa enggak, ya, 'kan? Dan mumpung sudah begini, tidak salah jika dirinya sedikit ngelunjak.

"Susu juga, ya, Kak Ar."

Arjuna tersenyum tipis. Tangannya bergerak mengusap kepala Anjani lalu beralih pada jajanan tadi. Ia membeli tiga macam, masing-masing tiga buah. Jadi, totalnya sembilan jajanan ditambah dua susu kotak dengan rasa stroberi.

Laki-laki itu menunjukkannya pada Anjani. Bermaksud untuk bertanya apakah masih kurang dan ingin membeli yang lainnya atau tidak.

Untungnya, Anjani juga bukan cewek yang maruk. Jika menurutnya itu cukup, maka ia akan menyudahinya. Yah, kecuali untuk membeli barang-barang yang menurutnya lucu seperti di mal kemarin. Sebut saja ia khilaf. Jadi, Anjani pun mengacungkan jempolnya pertanda cukup.

Setelah dibayar, Arjuna memberikan kantong plastik itu pada Anjani.

"Makasih, Kak Ar."

Laki-laki itu mengangguk lalu menunjuk salah satu tempat duduk di mana sahabat-sahabatnya sudah berada di sana, dan tentu saja yang saat ini menjadi kekasih Arjuna, Agni Cahya Meswara.

Jujur, Arjuna merasa bersalah karena tindakannya pasti akan membuat Anjani terluka dan sakit hati, tapi semuanya adalah refleks, tanpa sadar ia lakukan. Toh, ia sendiri masih ingin bersama Anjani.

DescolarWhere stories live. Discover now