Prolog

250K 16.2K 368
                                    

Hai! Selamat datang di cerita aku yang ke ... Kelima! Baca aja beberapa part dulu, gak suka skip, suka lanjut!

Selamat menyaksikan kehidupan ReaRay dan keromantisannya! Hehehe ....

____

Happy Reading 💜

***

"Kak, di mana Ibu dan Ayah?" tanya seorang gadis dengan lemah.

Orang yang di panggil kakak itu membuang muka dengan hati nurani bersalah. "Sebelumnya kakak minta maaf karena kakak tidak bisa membujuk mereka menemui kamu. Saat ini, mereka tengah bersiap-siap merayakan ulang tahun adik baru kamu, Sora. Jadi ... mereka tidak bisa datang."

Leane tersenyum miris. "Begitu ya ...."

Kakak Leane--Rion, hanya bisa menghela nafas gusar menatap sendu adiknya. Ia mengambil tangan adiknya itu yang berkulit pucat dan sangat kecil. "Lea, kamu jangan bersedih. Masih ada kakak di sini. Kamu harus bertahan dan berjuang untuk sehat oke?"

Air mata Leane meluncur. Suaranya yang lemah serak. "Lea tidak bisa berjuang lagi, kak. Lea capek, Lea lelah, Lea ingin pulang ...."

"Leane!" sentak Rion marah. Ia menghela nafas untuk tenang.dan mengambil tubuh lemah Leane ke dalam pelukannya. "Jangan berbicara seperti itu lagi, Lea. Apakah kamu ingin membuat kakak sedih? Bertahanlah, kakak yakin kamu akan sembuh."

Leane terisak sembari membalas pelukan kakaknya itu. Suaranya yang teredam terdengar putus asa. "Bertahan sampai kapan, Kak? Aku harus berharap apa lagi? Itu hanya membuat Lea kecewa berkali-kali. Lea hidup hanya menjadi beban keluarga. Bertahun-tahun mereka membiayai pengobatan Lea tidak ada habisnya dan tidak ada hasilnya. Sampai kapan, kak?"

Rion tak kuasa menahan kesedihannya. Ia hanya menangis dalam diam sembari mendengar keluh-kesah adiknya.

"Rasanya Lea ingin mati saja, Kak ... hiks."

"Lea, tolong jangan katakan itu ...."

"Ibu dan ayah sudah mengangkat Sora menjadi putri baru mereka, Kak. Lea sudah tidak di butuhkan lagi, Lea Sudah di buang, Lea ingin pergi jauh ...."

"Tolong pikirkan perasaan kakak, Lea. Jangan pernah tinggalin kakak. Kakak butuh kamu, kakak sayang kamu lebih dari apa pun ...."

Isakan Lea semakin keras dengan suara teredam. "Tapi kakak lelah 'kan mengurusi Lea? Kakak lelah 'kan harus bekerja untuk pengobatan Lea? Pasti kakak lelah karena tidak tidur buat jagain Lea ...."

"Tidak, Lea. Kakak senang, kakak bahagia bisa menghabiskan waktu bersama kamu."

"Lea tahu ..." Leane hanya tersenyum dalam keadaan menangis. "Aku mengantuk."

Rion menghela nafas pelan dan mengusap rambutnya lembut. "Tidurlah."

"Kak ...."

"Hm."

"Besok kakak pulang ya untuk membujuk ibu ayah menjenguk Lea ...."

"Ya."

"Janji?"

"Kakak janji."

"Kak."

"Hm."

"Terima kasih untuk semuanya. Aku sayang kakak."

"Sama-sama. Kakak lebih sayang sama kamu, Lea."

Lambat laun, Leane tidak berbicara lagi. Dan beberapa menit kemudian, ia tertidur di pelukan Rion. Dia membaringkan adiknya itu di tempat tidur rumah sakit. Mata Leane bengkak, ada sisa air mata di pipinya, bibirnya sangat pucat.

Rion mengulurkan tangan menghapus air mata itu, lalu ia mengecup keningnya lembut. "Selamat malam. Cepat sembuh, Lea."

Lelaki berusia 19 tahun itu melamun sebentar di samping Leane. lalu ia berdiri berjalan menuju pintu keluar. Menemukan tempat tersepi, Rion berjongkok dan menangis dalam diam.

Rion tak sadar, Leane ingin tidur karena akan pergi darinya untuk selamanya.

***

"Ayah, ibu, ayo kunjungi Lea sekarang," kata Rion datar.

"Tidak bisa, Rion. Malam ini ulang tahun Sora akan berlangsung. Ayah dan ibu tidak bisa ke--"

"IBU!" bentak Rion dengan marah membuat mereka terkejut. Ini pertama kalinya Rion meninggikan suara.

"Rion! Jangan membentak ibumu!"

"Aku meminta kalian berdua untuk mengunjungi Lea sekarang! Apa kalian tidak punya perasaan mengabaikannya di saat Lea berharap banyak bertemu orang tuanya sendiri?!" teriak Rion marah. Ia melirik dan menunjuk Sora yang diam menyusut. "Apa pentingnya orang asing ini jika di bandingkan dengan putri kandung kalian sendiri?! Dia cuma pengganti, kan?!"

Wajah Sora memucat.

"RION--!!"

"Diam ayah! Tunggu aku selesai bicara!" selanya keras. "Apa kalian tahu? Semalam bahkan Lea menangis sampai dia menginginkan mati karena menganggap dirinya sendiri beban dan tidak di butuhkan!! Aku bisa merasakan sakitnya! Lalu, bagaimana dengan kalian sebagai orang tua?!

Kedua orang tua itu termangu di tempat.

Rion menatap dingin ketiga orang itu. Lalu tatapannya terpaku pada kue besar yang terpajang tidak jauh. Ia berjalan dan menghancurkan kue itu dengan menjatuhkannya ke lantai membuat mereka sangat terkejut.

"Kakak!"

"RION!!"

Rion menyeringai. "Jika kalian tidak datang sekarang, maka tunggu penyesalan selanjutnya. Selain itu, aku tidak sudi menganggap kalian orang tua lagi!"

Drrtt Drrtt.

Tiba-tiba teleponnya berbunyi. Melihat bahwa itu panggilan dari rumah sakit, Rion langsung mengangkatnya.

Ibu dan ayah Lea akan marah karena tindakan menghancurkan kue putri tiri mereka, tetapi tiba-tiba eskpresi Rion beruah saat mengangkat telepon.

Trak!

Ponselnya di jatuhkan begitu saja. Air mata mengalir di ekspresi kosong Rion. Lalu ia tertawa getir dan menatap ketiga orang berdiri kaku itu.

"Aku tarik ucapanku. Ibu dan ayah tidak perlu mengunjungi Lea lagi, dan ke depannya tidak akan merasa risih karena aku desak ke sana. Lea sudah tidak membutuhkan kalian lagi. Lea sudah tenang sekarang."

Rion tersenyum dengan mata merahnya bercucuran air mata. Ia berbalik. "Aku akan pergi dari rumah ini. Jagalah pengganti Lea sebaik-baiknya. Semoga kalian bahagia."

***

Rion menatap adiknya yang sudah di tutupi kain putih di seluruh tubuhnya. Ia berlutut dan menangis. "Leane ... kenapa kamu tinggalin kakak secepat ini ...."

Ia berdiri dan berjalan gontai ke arah mayat itu. Lalu, Rion membuka kainnya dengan pelan, terpampanglah wajah cantik pucat adiknya. Rion menyentuh pipi dinginnya sembari tersenyum. "Kamu sudah menderita, Lea. Pergilah dengan tenang. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan di kehidupan selanjutnya."

***

TBC.

__

Ceritain dong, Nemu cerita ini lewat btw?


_____

04 Juli 2022

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now