25. Dependency 🌷

83K 10.8K 597
                                    

Happy Reading

~•~

"Mario, aku mendengar bahwa Reane kembali sekolah."

Lelaki yang tengah menulis sesuatu di buku itu langsung mengangkat kepalanya dengan ekspresi amat terkejut. Dia berdiri ribut dan langsung berlari cepat keluar kelas dengan ekspresi senang dibawah tatapan lega yang lain.

Bukan hanya teman sekelasnya saja, setiap orang yang melihat perubahan Mario semenjak Reane tidak ke sekolah lagi merasa kasihan. Pasalnya, dia selalu murung dan tertutup. Awalnya dia bersikap biasa saja dan suka tersenyum, namun semenjak itu temperamen Mario menjadi dingin sehingga para gadis yang terang-terangan menyukainya tidak berani mendekat.

Jika ada yang berani mendekat, dengan tatapan tajam dan dingin dia berteriak. "Jangan membuat pacarku marah dan cemburu! Menjauhlah!"

Padahal, tidak ada kabar Reane sama sekali. Tapi Mario menganggap seolah Reane masih miliknya dan ada di sana. Entah harus ikut senang atau sedih melihat Mario langsung berlari cepat mendengar Reane kembali.

"Apakah kalian melihat Reane?!" desak Mario terengah-engah pada sekelompok siswa di koridor.

"Ya-ya ... tadi kami melihatnya pergi ke arah kantin bersama Arden."

"Arden?" Ekspresi Mario langsung berubah. Dia mengenyit serius. Tanpa mengucapkan apapun lagi, dia langsung melenggang pergi dengan cepat ke arah kantin.

Tepat dia akan masuk, Mario menghentikan langkahnya. Dia mematung melihat gadisnya yang sangat dia rindukan. Matanya memerah penuh haru. Mario mencubit pahanya sendiri untuk membuktikan bahwa ini bukan mimpi.

Gadis dengan seragam sekolah familier, penampilan seperti biasa, seperti saat gadis itu menatapnya cerah dan lembut. Mario merasa kembali menghirup udara yang dirindukannya. Melihatnya kembali seperti Reane yang dulu, Mario pun merasa semua rasa sakit kehilangan telah lenyap.

Mata dalamnya menatap penuh lekat pada gadis yang perlahan mendekat. Seolah semua orang disekitarnya transparan, hanya Reane yang ada di matanya. Dalam bayangannya, Reane menatap berbinar padanya. Lalu dia berlari ke pelukannya.

Mario langsung balik memeluknya erat. "Reane ... ini benar-benar kamu."

Mario berharap dia akan seperti ini selamanya. Dia semakin erat mendekapnya seolah tidak akan pernah membiarkannya pergi dan tetap terpenjara dipelukannya.

"Lepaskan!" Reane memberontak karena tidak bisa bernafas. "Aku tidak bisa bernafas!"

Mario tersadar. Dia sadar bahwa Reane tidak membalas pelukannya, malah dia sendiri yang bahkan memeluknya dahulu. Mario melonggarkan tanpa melepaskan.

"Tidak ... tidak. aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi, Rea. Jangan tinggalkan aku." Mario membenamkan wajah di bahu dan leher Reane.

Reane menarik nafas dalam-dalam. Dia sungguh tak berdaya. Dia mencoba menekan perasaan di tubuh yang ditempatinya. Mengigit bibir dengan keras, Reane menahan untuk tidak menangis karena reaksi tidak sadar. Suaranya menjadi lebih lembut. "Tolong lepaskan aku ... kamu tidak bisa seperti ini, Mario. Kamu harus sadar."

"Tidak, tidak ..." Mario menggeleng dengan suara serak seolah menangis.

Reane mengangkat pandangannya dan melihat banyak orang yang menonton bahkan mem-videonya. Tiba-tiba dirinya di tarik ke belakang dengan kuat sehingga pelukan Mario terlepas.

"Jangan menyentuhnya!" sentakan tajam itu langsung membuat keributan menjadi hening.

Mario menatap kosong lengannya yang masih terentang di udara. Lalu mengangkat kepala menatap Arden yang menempatkan Reane di belakang punggungnya.

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now