54. Dependency 🌷 [End]

60.8K 4.9K 192
                                    

Happy Reading

**

"Dia Learin Rayne Samuel. Namanya diambil dari namamu dan namaku."

Bahkan sebelum nama itu mengalun lembut di telinganya, mata Reane sudah memerah berkaca-kaca karena kerinduan yang meluap terhadap sosok gadis kecil seperti boneka yang tengah bermain di sofa.

Seolah baru menyadari, seorang baby sister sementara yang tengah menjaga Lea langsung berdiri menyapa sebelum pergi atas gerakan Ray.

Reane melangkah pelan ke arah sosok kecil itu dengan dada berdebar karena kebahagiaan yang membuncah dihatinya. Akhirnya ... akhirnya dia bisa melihat putrinya sedekat ini.

Melihat Reane berhenti melangkah dan berdiri kaku tanpa berani mendekat, Ray melangkah lebih dulu ke arah Lea yang masih asik bermain dengan mainannya.

Gadis berusia dua tahun itu terkikik senang saat melihat ayahnya yang tidak pulang beberapa hari. Dia berdiri goyah dan merentangkan tangan meminta di gendong dengan mulut kecil berceloteh seolah mendesak.

"Apakah kamu merindukan ayah?" Ray langsung mengangkat gadis kecil itu. Dari suara, ekspresi, bahkan gerakan teramat sangat lembut seolah memegang permata paling berharga di dunia. Tidak ada sedikitpun rasa dingin atau kesuraman. Bibirnya yang selalu datar, kini membentuk lengkungan lembut dengan mata hangat tertuju pada Reane yang terenyuh di sana. "Lihatlah, Lea. Ayah telah berhasil membawa ibumu. Kamu lebih merindukannya bukan?"

Seolah mengerti ucapan ayahnya, Lea menolehkan kepala kecilnya dan menatap Reane dengan mata bulat bertabur bintang. Dia sepertinya tahu itu ibunya meskipun tak pernah bertemu langsung, dan Lea langsung merentangkan tangan ke arah Reane dengan mendesak. "Bu ... b-u ...."

Hati Reane bergetar. Tatapannya memburam. sesuatu yang hangat mengalir di kedua pipinya seperti air yang akhirnya bebas dari bendungan. Dia tak kuat menahan tangisan rindu dan bahagianya.

"Le-a ... putriku ...." Reane berjalan mendekat dengan gemetar dan langsung mengambil Lea ke pelukan hangatnya. Merasakan tangan kecil itu mencengkeram pakaiannya seolah takut dilepaskan. Reane hanya merasa jantungnya semakin berdebar sehingga kewalahan. Tapi itu membuat semua rasa sakit, beban berat, dan perasaan negatif yang dia tanggung sendirian selama dua tahun seperti menghilang menyisakan perasaan lega dan puas. Reane mencengkeram dadanya sembari mencium bayi harum dipelukannya.

Terima kasih. Terima kasih, Mario. Jika bukan karena kamu, aku tidak akan pernah bisa memeluk putriku seperti sekarang. Terima kasih karena memberiku kesempatan hidup ....

Tatapan Ray sangat lembut menyaksikan keduanya berpelukan. Mereka adalah hartanya, mereka adalah keluarga kecilnya. Mereka adalah lentera paling terang di hidupnya yang gelap gulita. Dia tidak akan membiarkan mereka mengalami rasa sakit lagi. Dan dia berjanji akan melindungi mereka seumur hidupnya.

Ray mendekat dan dengan lembut membawa mereka ke pelukan lebarnya. Mencium kening Reane lama dengan perasaan yang luar biasa lega.

Hanya dia yang tahu, saat ini adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupnya setelah rasa bahagia bersama Reane. Dan Ray merasa tidak ada orang yang hidupnya seberuntung dia karena pertemuannya dengan Reane.

[END]

**

Sorry karena lama banget up nyampe 3 bulan:) Ada berbagai alasan, selain karena malas, sibuk nugas, dan lainnya karena komentar kalian yang secara tidak langsung gak mau kedua pemeran utama di cerita ini punya happy end.

Dan up sekian lama cuma 500 kata? dan endingnya gini doang? hehe, males mikir. Nanti di extra part aja kalo ada yang kurang.

____

21.17
03 Nov 2023

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now