34. Dependency 🌷

72.5K 8.6K 428
                                    

Happy Reading

~•~

"Reane? Apakah kamu mengalami kesulitan?"

Reane mengangkat kepala untuk beralih atensi dari kertas ujian dan memandang guru di depan yang menatapnya khawatir. Ia langsung tersadar bahwa hanya dia sendiri yang tersisa di ruang kelas. Namun, ia juga merasa tersentuh karena gurunya tidak mendesak, malah khawatir dirinya kesulitan.

Ia lantas tersenyum dan menjawab lembut. "Tidak, Bu. Hanya satu soal pertanyaan lagi."

Guru itu mengangguk dan menunggu dengan sabar.

Hari ini adalah hari ketiga Reane Ujian. Ia merasa sedih karena akan mengakhiri sekolahnya begitu cepat. Ia berpikir mengapa dirinya tidak menempati tubuh ini di saat awal-awal sekolah sehingga dia bisa merasakannya lebih lama.

Setelah menjawab semua soal, Reane menyerahkan kertas itu kepada gurunya. Setelah berpamitan, Reane mengambil tasnya dan keluar kelas untuk pulang.

Di perjalanan koridor sekolah, tiba-tiba lengannya ditarik kasar seseorang. Reane terkejut dan bereaksi menatap bagian belakang gadis yang menariknya. Ia langsung tahu siapa itu dan tercengang.

"Vishaa?"

"Ikuti aku," desaknya tanpa menoleh ke belakang.

Vishaa terus menariknya dengan gerakan cukup kasar ke tempat yang jarang Reane datangi di area sekolah. Di sekitar tentu saja sudah sangat sepi karena kebanyakan siswa-siswi sudah pulang.

Reane merasakan lengannya cukup sakit karena tarikan itu. Sampai dia dilepaskan dan berhenti berjalan, Reane langsung menyadari dia berada di tempat yang seperti bagian belakang sekolah. Banyak bangku dan meja tak terpakai yang bertumpuk tidak jauh dari tempat dia berdiri. Satu pohon menjulang tinggi membuat tempat itu lebih tersembunyi dengan cahaya redup.

"Di mana Mario?"

Suara tenang Vishaa menarik atensi Reane. Dia terkejut bukan karena pertanyaannya, namun entah sejak kapan ada dua gadis tak dikenalnya yang bersedekap menatapnya tanpa ekspresi.

Kemudian Reane menatap Vishaa di depannya yang menatapnya dengan mata cukup dingin. Ini pertama kalinya melihat 'protagonis wanita' begitu dekat. Penampilannya benar-benar cantik, hanya saja mata yang menatapnya itu membuat Reane mengerutkan kening.

Melihat Reane terdiam, Vishaa tidak bisa menahan emosinya lagi. Suaranya lebih dingin. "Di mana Mario?"

"Mengapa kamu bertanya padaku? Aku tidak tahu karena itu bukan urusanku," jawab Reane dengan tenang. Dari sudut matanya ia melihat dua gadis yang bersandar tidak jauh, menghampirinya dan berdiri di samping Vishaa seolah memojokkannya.

"Aku bertanya sekali lagi. Di mana Mario? Mengapa dia berhenti sekolah? Mengapa dia pindah tempat tinggal? Pasti ada hubungannya denganmu!" Suara Vishaa berangsur-angsur mengeras. Matanya memerah seolah akan menangis. Namun, ada kebencian yang bisa Reane tangkap.

Kening Reane semakin mengerut. Dia sendiri sangat terkejut dengan hilangnya Mario tiba-tiba. Lalu sekarang, Vishaa mengatakan bahwa lelaki itu pindah tempat tinggal. Dia baru tahu informasi ini. Jadi, mana mungkin ia tahu ke mana perginya?

"Aku sungguh tidak—ah!" Reane meringis saat lengannya di cengkeram kuat oleh salah seorang gadis di samping Vishaa.

"Jangan menyembunyikannya! Tidak mungkin kamu tidak tahu! Dia menghilang setelah berurusan denganmu, bukan?" Suara gadis itu dingin dan menatapnya jijik.

Reane mungkin menebak bahwa dia adalah sahabat Vishaa yang tahu seluk beluk bagaimana Vishaa mengejar Mario. Mereka mungkin sangat mendukungnya dan tidak tahan melihat Vishaa sedih karena orang yang dicintainya menghilang tiba-tiba. Namun, dengan menyakitinya, apakah mereka pikir Mario akan kembali? Dia tidak tahu apa-apa! Reane sedikit takut karena untuk pertama kalinya dia mengalami intimidasi seperti sekarang di tempat yang sangat sepi. Tapi, hanya dirinya sendiri yang bisa menolong dengan melawan mereka.

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang