18. Dependency 🌷

97.5K 12.2K 297
                                    

Happy Reading

~•~

"Nyonya."

Panggilan Grehen membuat gadis yang tengah makan sembari melamun itu tersentak. Dia menoleh menatap pria berwajah serius di belakangnya dengan linglung.

"Apakah Anda baik-baik saja?"

"Ya, ya." Reane mengangguk asal.

"Wajahmu menunjukkan sebaliknya." Melihatnya diam, Grehen menghela nafas dan berkata lagi. "Saya ingin berbicara serius dengan Anda. Bisakah?"

Reane menatapnya bingung.

"Ini tentang Tuan Muda."

Reane langsung menatap pria di sampingnya. Seperti biasa, dia terlihat asyik memakan makanan sisanya dengan gerakan pelan. Rambut di sekitar poninya menggantung di bawah kening saat dia menunduk.

Seolah memisahkan dunianya sendiri, dia sama sekali tak terganggu akan obrolan Reane dengan Grehen.

"Nyonya." Grehen mengamati situasi tuan mudanya aman dan agak mendesak Reane. "Kita tak memiliki waktu lagi."

Reane mengangguk dan berdiri. Saat akan melangkah mengikuti Grehen yang mulai berjalan, tiba-tiba ujung bajunya di tarik.

Adegan ini langsung membuat Reane teringat lagi akan anak kecil menyedihkan yang muncul dalam mimpinya. Ya, dia menganggapnya mimpi. Di sengaja atau tidak disengaja, ia tak menerima pengalaman buruk Ray itu.

Menatap wajah orang yang menarik bajunya, tatapannya begitu erat mengunci dirinya. Matanya gemetar seolah takut dia akan pergi.

Reane menghela nafas dan berkata lembut. "Aku hanya pergi sebentar untuk berbicara dengan Pak Grehen. Aku akan segera kembali."

Reane melepaskan pegangannya itu dan akan melangkah, namun tangannya langsung di tarik kuat sehingga ia kehilangan keseimbangan dan terhuyung.

Pipinya langsung menabrak dada keras. Dia terduduk di paha pria itu, dan seluruh tubuhnya di peluk. Sebuah tangan mencengkeram pinggangnya dengan sedikit gemetar.

Reane sangat terkejut sehingga seluruh tubuhnya kaku dengan ketegangan. Sepertinya waktu berhenti, hanya detak jantung keras menghantam yang memenuhi pendengarannya.

"Ray ... Apa yang kamu lakukan ..."

Tak ada jawaban. Hanya nafas terengah-engah yang menghembus di atas kepalanya.

"Tuan Muda, aku hanya meminjam Nyonya sebentar saja."

Suara Grehen di belakang terdengar serius. Reane akan mengangkat kepalanya, namun tangan pria itu menahan ke dadanya sendiri. Kepalanya di tekan sehingga pipi dan telinga Reane semakin menempel mendengar detak jantungnya.

Seluruh gadis itu dipeluk dengan erat seolah memenjarakannya. Untuk pertama kalinya Grehen melihat ekspresi ketidaksenangan di wajah tuan mudanya yang selalu tanpa ekspresi. Matanya agak tajam, namun bibirnya cemberut seperti kemarahan anak kecil saat orang lain akan merebut mainan kesukaannya.

Dia merasa agak tidak berdaya. Tentu saja Grehen sangat menyadari bahwa semakin hari, tuan mudanya semakin menempel terhadap Reane.

Reane tahu dia dan Ray diperhatikan Grehen. Ia dipeluk begitu erat sehingga tak mampu bergerak. Wajahnya agak merah karena malu. Tentu saja, situasinya sangat memalukan! Dia duduk dipangkuan Ray!

"Pak ... kita berbicara di sini saja ...."

Grehen melihatnya kesulitan. Namun masih ragu. "Apakah Anda sadar? Rumah ini tidak setenang yang Anda pikirkan. Semua orang yang bekerja di sini di luar pengawasanku."

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now