7. Kamu dan Kematian

298 5 0
                                    

"....seandainya Tuhan mengambil nyawamu lebih dulu, aku akan sangat hancur sampai tak tahu lagi bagaimana harus bernapas."

- R&R -

Paris, 8.00 pm

Pesawat bertuliskan 'Zander Air' itu telah terparkir rapih di Bandar Udara Charles de Gaulle Paris sejak beberapa saat yang lalu. Awak pesawat dan dua orang penumpang istimewanya pun telah meninggalkan burung besi itu.

Setelah menunggu Raline yang harus ke toilet di bandara, mereka berdua kemudian bertolak menuju hotel tempat menginap. Tempat Ranu memilih penginapan kelas atas yang memanjakan pengunjungnya dengan fasilitas mewah itu merupakan bisnis yang dikelola oleh anak perusahaan Zander corp. cabang Paris. Sehingga, ketika mereka berdua datang, seorang yang nampak berpakaian pelayan langsung tersenyum dan menyambut mereka dengan hangat.

"Bienvenue, monsieur Zander. tous vos besoins ont été préparés dans la chambre..."

Raline tidak begitu mengerti apa yang dikatakan pelayan itu dalam Bahasa Prancis sebagai sambutan. Yang pasti, setelah itu Ranu lantas menarik sebelahnya tangannya yang tidak memegang es krim memasuki lift.

Laki-laki yang baru saja menekan tombol lift itu menunduk. Menatap pada seorang perempuan yang tengah asyik memasukan sendok per sendok es krim ke dalam mulutnya. Telihat Raline sangat menikmati makanan dingin itu sampai tak menyadari tepi bibirnya belepotan.

"Hmm ini sangat enak, mau coba?" Raline tiba tiba mendongak membuat kedua pasang netra itu bertubrukan.

"Boleh," jawab Ranu, dia tahu dirinya sedang mengincar hal lain.

"Kalau begitu buka mulutmu," Raline menyodorkan satu sendok penuh es krim di depannya namun satu tangan kokoh Ranu menurunkannya dengan perlahan.

"Bukan yang ini," Ranu sedikit membungkuk, mendekatkan wajahnya ke wajah Raline.

"Lalu-" Raline tertegun ketika Ranu justru menjilat eskrim yang belepotan di bibirnya, dengan begitu sensual. Lelaki itu mengibas-ibaskan lidahnya di antara kedua bibir padat Raline lalu mengakhirinya dengan kecupan singkat.

"Kau benar. ternyata sangat lezat. Boleh kuminta lagi?"

Raline melebarkan mata hendak protes namun bibirnya keburu dibungkam oleh bibir lain. Tanpa menunggu balasan dari Sang empunya, Ranu kembali mengulum bibir Raline dengan rakus, sangat rakus. Ia menangkupkan kedua tangannya di wajah perempuan itu..

Duk

Gelas es krim itu terjatuh. Raline mulai berderu kewalahan. Punggungnya sudah menempel pada dinding lift tapi Ranu masih gigih mendesaknya, menekan dan merekatkan tubuh mereka berdua. Ketika merasa dirinya semakin terbakar, Ranu menggunakan satu tangannya untuk mengikat kedua tangan Raline di atas kepala perempuan itu.

Raline menghela dengan mulut terbuka ketika kepala Ranu memasuki ceruk lehernya. Mencumbu kulit disana dengan hisapan kuat yang menciptakan jejak-jejak merah. Lalu pintu lift terbuka, tapi kedua bibir itu masih bergelut intens. Ranu melepas tangan Raline. Ia beralih memegang paha belakang dan menaikkan tubuh perempuan itu ke atas pinggangnya-yang membuat Raline secara tak sadar mengalungkan kakinya ke badan kokoh lelaki tersebut.

Ranu membuka pintunya dengan mudah tanpa menjeda pangutan mereka berdua. Suatu gejolak yang sudah dipendamnya sejak di pesawat kini menjadi tak bisa tertahankan. Lalu, dengan tangan membentang Ranu menyapu permukaan meja yang terisi benda-benda hotel seperti sabun atau apapun itu yang ada dalam botol putih. Ranu menaruh Raline dengan kasar di atas meja itu sehingga mereka berdua sejajar.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now