21. Kehilangan Kepercayaan

229 6 0
                                    


Cahaya kuning milik mentari menyusup masuk melalui kaca jendela tipis. Sinar teriknya membuat sosok yang terpulas di atas ranjang suatu kamar membuka mata perlahan. Ia mengerjap beberapa kali sebelum kemudian tersadar sepenuhnya. Dan hal pertama yang menyambutnya adalah suasana ruangan yang sama sekali asing.

Ini bukan kamarnya!

Raline terkesiap. Semalam, karena frustasi dengan seseorang, Raline memutuskan untuk pergi ke bar. Dia mabuk, lalu seorang lelaki yang memperkenalkan diri sebagai Benn datang. Benn menciumnya lalu.... apa yang terjadi setelah itu?

Ah sial! Raline tak bisa mengingat apapun. Kepalanya terasa pening. Oh Tuhan, apa yang telah ia lakukan. Dia berada di kamar asing setelah seorang laki-laki menciumnya itu berarti-Raline meneguk ludahnya. Dengan gerakan lambat ia memberanikan diri untuk mengecek ke bawah selimut. Mendapati tubuhnya masih terbungkus rapat membuat Raline bernapas lega. Sebelum kemudian kembali terbelalak ketika menyadari kemeja yang ia pakai semalam tiba-tiba berubah bentuk menjadi kaus hitam besar. Dan lagi, kemana rok spannya menghilang?!

Bunyi pintu terbuka menyeret perhatian Raline. Kedua bola matanya tercengang saat menangkap sesosok lelaki yang sangat ia kenali.

"Kenapa kau ada disini?" Raline bertanya dengan suara tajamnya.

Gerakan Ranu yang tengah mengacak-acak rambut basahnya terhenti. Lelaki itu baru saja selesai menuntaskan mandi. Ia bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana bahan panjang

Raline dapat melihat bulir-bulir bening mengalir di atas permukaan otot dada lelaki itu yang kekar, terlihat seperti aliran air sungai diantara celah bebatuan besar. Pantulan sinar matahari membuat otot yang tertanam dalam badannya berkilat seperti mengeluarkan cahaya. Selama beberapa detik, Raline dibuat membeku oleh pemandangan tidak senonoh di depannya.

Buru-buru Raline menangkis fantasi liar dalam otaknya dan fokus pada perkara yang ada, "Katakan apa yang terjadi semalam. Kenapa kau bisa berada di kamar yang sama denganku. Dan kenapa aku memakai-"

Kalimat Raline terputus saat tiba-tiba merasa kerongkongannya dirayapi cairan serupa bubur yang bergerak dengan kecepatan tinggi lalu-

Huek

Raline mengeluarkan seluruh isi perutnya ke dalam wastafel. Lambungnya bagai diremas-remas membuat segala yang ada di dalam sana keluar paksa. Setelah beberapa menit kemudian, Raline berhenti muntah. Lebih tepatnya, perutnya telah kehabisan zat untuk dimuntahkan. Raline kembali merunduk sesaat untuk membasuh mulut, berkumur-kumur, lalu menegakkan punggung dengan napas terengah-engah. Ia mengelap mulutnya dengan punggung tangan.

Ketika melihat dari pantulan cermin sosok Ranu yang sedang memegang rambutnya, Raline berkelebat. Dengan cepat ia memutar tubuhnya dan menepis kasar tangan lelaki itu.

"Jangan menyentuhku!" hardik Raline. Ia memberikan tatapan kebencian pada Ranu. Dengan suara tajam, Raline bertanya, "Jawab saja pertanyaanku tadi. Apa yang terjadi semalam?"

Mengingat kejadian semalam saat seorang bajingan melakukan hal tidak pantas pada Raline membuat wajah Ranu mengeras. Ranu berusaha mendinginkan kepalanya yang mendidih lalu menjawab, "Aku menemukanmu sudah dalam keadaan sangat mabuk. Karena itu, aku membawamu kesini,"

"Lalu kenapa aku bisa memakai kausmu?" Raline mulai mencerca.

"Semalam kau muntah-muntah di lobby hotel seperti tadi. Bajumu terkena muntahan, jadi aku melepasnya. Dan..., aku tidak mungkin membiarkanmu telanjang jadi aku memakaikan kausku ke tubuhmu." terang Ranu. Tentu, aku memasang semuanya lagi setelah aku selesai,' lanjutnya menyeringai dalam hati.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now