20. Drunk

224 5 0
                                    

"Arrrrgghhhh"

Prangggg

Gelagar bunyi benda berbahan keramik menghantam lantai memenuhi ruang kerjanya. Ini sudah kesekian kalinya Adyan membanting salah satu koleksi guci mewahnya. Raut murka bercampur rasa takut menyelimuti air mukanya.

"Tuan, tolong tenanglah. Anda bisa menyakiti diri sendiri jika mengamuk seperti itu."

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG HAH?!" Adyan membentak asistennya yang baru bersuara itu. Matanya mendelik, napasnya tersengal-sengal.

"Mereka membunuh Thomas begitu mudahnya. Setelah ini pasti mereka akan mengincarku,"

Aura ketakutan terpancar dari matanya. Sudah dua tahun ini dia bersembunyi dari serangan para orang yang hendak membunuhnya. Ia tak pernah menginjakkan kaki keluar gedung jika tidak ada hal yang benar-benar mendesak.

"Alex,"

"Ya, Tuan?" lelaki yang bernama Alex itu menyahut.

"Tingkatkan keamanan. Tambahkan penjaga terlatih disekitarku. Aku yakin tak lama setelah ini, mereka akan bergerak untuk membunuhku."

Alex mengangguk."Baik, Tuan Adyan,"

Ia menunduk hormat sebelum melangkah mundur dan hilang di balik pintu.

- R&R -

You keep reminiscin' on when you were my man

[kau terus mengingatkanku saat kau jadi kekasihku]

But I'm over you now

[Tapi aku sudah melupakanmu]

Now, you're all in the past

[Sekarang, kau hanya ada di masa lalu]

Cut you off, your sorry is too late

[Enyah, maafmu sudah terlambat]

Dentuman musik dj remix menggebu-gebu di dalam bar. Lagu yang dipopulerkan oleh seorang penyanyi barat terkenal itu sangat menerjemahkan keadaan yang dialami oleh seorang wanita yang duduk di depan bartender.

Anggaplah Raline sudah hilang akal karena masuk ke tempat terkutuk ini. Tapi bayangan seorang pria di masa lalunya yang tiba-tiba datang membuat pikirannya kembali kacau. Ia tak tau dengan cara apalagi ia dapat berhenti memikirkan pria itu.

"Tolong, tambahkan lagi."

Ini sudah kesekian kali ia meminta bartender untuk mengisi gelas kosongnya. Raline berencana untuk meneguk sebanyak mungkin alkohol supaya dirinya mabuk sehingga bajingan itu bisa lenyap dari pikirannya.

"Hai cantik,"

Dari arah samping, seseorang berjenis kelamin laki-laki menghampiri. Sedari tadi, ia sudah memerhatikan Raline yang sangat ketara jelas sedang terlibat masalah.

"Kau terlihat sedang ada masalah. Apa kau membutuhkan teman bercerita? Jika iya, Aku sangat bersedia mendengarkan ceritamu" Laki-laki itu berkata dengan senyum ramah.

Raline yang terlihat sudah mulai mabuk, melihat remang-remang sosok lelaki yang mengajaknya bicara. Ia adalah lelaki yang memakai kemeja dengan tiga kancing atas terbuka. Wajahnya terlihat lebih tua. Mungkin dia sekitar berada di umur kepala tiga.

"Tidak, aku tidak berbicara... dengan orang asing." Jawab Raline.

"Kalau begitu ayo berkenalan agar kita tidak menjadi asing. Aku Ben. Siapa namamu?"

"...Raline,"

Pria bernama Ben itu mengulum senyum, "Raline? Nama yang cantik," ia lantas menarik kursi Raline agar mendekat.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now