26. Fans Club

132 5 0
                                    


"Hanya ada dua cara untuk menghilangkan luka di hatimu karenanya; memaafkan dia atau bunuh dia."

- Daniel


Daniel baru saja pulang saat mendengar bunyi sesegukan dari ruang tengah. Matanya berpendar menjelajahi ruangan yang minim pencahayaan itu. Sebalah tangannya memanjang ke salah satu dinding untuk meraih saklar lampu.

Sepersekian detik selanjutnya, cahaya putih menyebar hingga membuat seisi ruangan itu terlihat. Sosok wanita yang sedang duduk di bawah sofa sambil memeluk lututnya membuat Daniel tercekat.

"Raline?"

Suara isakan masih belum berhenti saat Daniel memanggil. Sosok itu pelan-pelan mengangkat kepala hingga wajah sembabnya terlihat, "Ayah..."

Raline tidak bisa menahan bibirnya tak menggigil saat melihat Daniel. Matanya masih terasa sangat panas sampai sampai membuat air matanya tidak bisa berhenti meleleh.

Daniel menjatuhkan tas kulitnya lalu segera merengkuh tubuh ringkih anaknya itu dengan erat. Dirasanya tubuh dalam dekapannya terguncang.

"Maaf," lirih Raline.

"Kenapa kamu meminta maaf?" tanya Daniel sambil mengelus lembut kepala Raline.

"Aku tidak bisa mempertahankan pernikahanku."

Mendengarnya, membuat Daniel meringis pilu. Ia terdiam selama beberapa saat sebelum kembali mengelus punggung Raline.

"Ayah,"

Daniel hampir meneteskan air matanya saat Raline memanggil, "... ya sayang?"

"Kenapa sulit sekali untuk bisa memaafkannya?"

Hening sesaat. Daniel merasakan basah merambati kemeja yang ia pakai. "Kalau begitu tak usah dimaafkan, bunuh saja dia, " jawaban tak terduga Daniel membuat Raline mengendurkan pelukannya "Jangan biarkan orang yang telah menyakitimu hidup dan meracuni hatimu lebih lama," lanjut Daniel.

Raline mendongak, menatap ayahnya tidak percaya, "Ayah-"

"Hanya ada dua cara untuk menghilangkan luka di hatimu karenanya; memaafkan dia atau bunuh dia," potong Daniel tegas "Katamu sangat sulit untuk memaafkannya, maka jalan yang kau punya tinggal satu... bunuh dia. Kalau kau tak sanggup, maka ayah yang akan mewakilimu. Ayah akan membunuhnya-"

"NO!" teriak Raline memperkuat pelukannya.

Daniel menatap Raline dalam-dalam, "Kau tidak bisa membiarkan luka yang diberikan olehnya terus menetap dan merusak dirimu. Satu-satunya hal yang hanya bisa dilakukan olehmu untuk menghilangkan luka itu adalah dengan memaafkannya. Jika itu sulit bagimu, fine then, biar ayah yang melakukan cara kedua-"

"Ayah kumohon jangan." Raline semakin mengencangkan rangkulan tangannya di badan Daniel saat Daniel akan beranjak dengan kilatan emosi. Raline sangat tahu Daniel tidak pernah main-main dengan setiap kalimatnya. Dan ayahnya tersebut punya lebih dari cukup kemampuan untuk benar-benar membunuh Ranu.

"Kenapa?" Suara Daniel meninggi, sorotnya menajam, "Kau menyuruh ayah untuk membunuh Melissa tapi kenapa kau melarang ayah untuk membunuh Ranu? Bukankah mereka sama-sama orang yang telah membuat calon anakmu mati?"

Raline terisak. Memikirkan ucapan Daniel membuat rongga dadanya seperti tergilas-gilas. Dengan suara lirih, Raline menjawab pertanyaan Daniel, "Karena aku...masih sangat menyayangi dia."

Setelah apa yang ingin Daniel dengar terucap, tatapannya jadi menghalus, "Kalau begitu kenapa kau menggugatnya cerai?"

Raline tidak berani lagi menatap Daniel, ia menunduk dengan mata yang masih berlinang, "Karena rasa sayangku tidak cukup untuk memaafkan dia, yah. Kesalahannya terlalu besar, melebihi dari yang bisa aku maafkan."

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now