31. Run to You

213 4 0
                                    

Sebelumnya....

Mobil sport merah seri terbaru itu membelah jalan raya dengan kecepatan luar biasa. Wanita di belakang kemudi sudah menggila. Sebuah telfon dari seseorang beberapa saat lalu membuatnya bertolak pergi alih-alih memasuki pengadilan seperti niatnya.

"Arrgghhhh Adyan sialan!" Geramnya sambil mengeratkan genggaman jemari lentik di gagang setir. Jantungnya berdebar-debar. Napasnya berderu tidak karuan. Tidak peduli pasa klakson kendaraan lain yang saling bersahut-sahutan padanya, Raline kembali menekan pedal gas.

Ketika mobilnya sampai di pelataran bekas stadion gelanggang olahraga, Raline mengacak-acak dashboard—mencari sesuatu untuk  dijadikan senjata. Setelah menemukan sebuah pisau lipat kecil, Raline bergegas keluar dengan langkah tergesa-gesa.

Begitu cepat dan tangkas Raline menaiki tangga bangunan tua itu. Matanya berpendar kesana kemari menerka-nerka keberadaan orang yang dicari. Ia menyugar rambutnya frustasi manakala tidak menemukan siapapun di tempat tersebut. 

Atau jangan-jangan ini hanya jebakan? Kalau benar iya, sumpah demi apapun ia akan—

BYURR!

Raline sontak terbelalak ketika mendengar suara deburan air yang cukup kencang. Beselang satu degup jantung, Raline bergegas melajukan langkah cepatnya menuju suara yang terdengar bersumber dari stadion akuatik.

Interior stadion itu cukup luas dan memusingkan membuat Raline kocar kacir hanya untuk mencari pintu masuknya. Setelah berkelana cukup lama, satu pintu terbesar yang ia temukan berhasil menuntunkannya ke dalam kolam renang. Raline mengernyit tidak menemukan apa-apa di dalamnya kecuali—

Darah yang begitu banyak menyeruak dari dasar kolam menyebabkan kedua bola mata Raline membelalak. Tanpa pikir panjang ia menyeburkan diri ke dalam kolam sedalam dua meter itu.

Sesampainya di dasar kolam, Raline tercekat saat  menemukan sosok lelaki yang tenggelam dengan tangan dan kaki terikat serta dibanduli sekarung penuh muatan berat.

Raline memberanikan diri menyentuh wajah terpejam sosok itu dengan jemarinya. Saat mata sepasang sosok itu terbuka, Raline terperangah. Detik selanjutnya, Raline buru-buru mengeluarkan pisau lipat di saku dan segera melepas ikatan beban berat yang membuat tubuh lelaki itu tenggelam.

Setelah berhasil naik ke permukaan bersama sosok yang telah kehilangan kesadaran, Raline langsung melakukan resusitasi jantung paru. Pertama Raline melakukan kompresi di dada agak kiri sosok pria itu beberapa kali. Ia kemudian merunduk, memberikan napas buatan dari mulut ke mulut. Berharap oksigennya bisa masuk ke dalam paru-paru lelaki itu. Berulang kali gerakan kompresi dilakukan, namun sosok itu tak kunjung merespon membuat Raline semakin cemas.

"Ranu wake up!"

"No— please wake up"

Wajah Ranu begitu pucat dan kulitnya sangat dingin mulai membiru membuat Raline berkaca-kaca sambil terus mengulang resusitasi. Jantungnya tidak pernah berdegub sekencang ini, napasnya tersendat-sendat, bibirnya menggigil ketakutan. Tangisnya pecah.

"Sayang... aku mohon bangun," rintih Raline, suaranya mulai putus asa.

 Ketika Raline kembali merunduk untuk melakukan resusitasi ulang, Ranu seketika terbatuk kecil, membuat Raline bernapas lega.

"Raline?" suara laki-laki itu memanggil lirih. 

Ranu bisa melihat wanita di depannya hanya terdiam sambil menatapnya dengan sorot yang tidak Ranu ketahui apa maknanya. Ketika Ranu akan bersuara lagi, Raline tiba-tiba memeluknya dengan erat. Sangat erat sampai Ranu bisa merasakan detak jantung wanita itu yang saling bersaut-sautan dalam tempo cepat. 

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now