23. Stunning

160 5 0
                                    

"Awh-ssshhhh"

Ini sudah kesekian kalinya Ranu mengeluarkan suara rintihan. Rahang dan pelipisnya biru-biru lebam. Lelaki itu dihajar habis-habisan hanya karena delik tak masuk akal yang dituduhkan padanya.

"Syukurlah Daniel memukulmu berkali-kali, aku jadi tidak perlu menambahkan banyak riasan. Dengan wajahmu yang babak belur begini, Adyan akan semakin sulit mengenalimu," ujar Megan sambil mengoleskan dempul tipis di tulang pipi Ranu.

Perkataan wanita itu memang ada benarnya. Karena serangan Daniel, wajah Ranu hampir susah dikenali. Rahang tegasnya menghilang tersamarkan oleh memar yang membengkak. Mata elangnya menjadi tumpul dan menyipit.

Terjadi hening sesaat sebelum Ranu tiba-tiba bertanya, "Kenapa kau melibatkan dia?"

"Dia sendiri yang memaksa ikut," Megan menjawab enteng.

"Dia bukan orang seperti itu. Apa yang kau lakukan padanya sampai dia berubah begini?" Ranu menuding, membuat gerakan tangan Megan terhenti.

Wanita itu menegakkan punggung lalu menatap Ranu dalam, "Aku menghasutnya untuk balas dendam, puas?"

Ranu terhenyak. Sorot laki-laki itu mengeras pada Megan.

"Kau harusnya berterima kasih, bukan malah menatapku seperti itu," rutuk Megan. "Kalau aku tidak memprovokasi untuk membunuh Melissa, Raline pasti sudah mati karena bunuh diri dua tahun lalu. Caraku memang salah dan jahat, tapi kau...., kau lebih buruk dariku karena kau tega membiarkan dia mengalami semuanya sendirian. Kau lebih pantas menyalahkan dirimu sendiri daripada orang lain."

AIr muka Ranu berubah pedih. Perubahan rautnya membuat Megan berdecih. Wanita itu segera mengemasi peralatan make upnya dan melenggang pergi.

Tak lama usai punggung Megan hilang tertelan pintu, Ranu ikut mengekor di belakangnya. Gerakan tangannya yang sedang menyisir rambut ke depan menutupi dahi lebarnya terhenti saat menangkap sosok wanita cantik tengah berdiri menyampinginya.

"....Ayah tidak setuju, bahumu terlalu terbuka dan rokmu terlalu pendek, Raline. Iya kan Ranu?"

Raline menoleh ketika Daniel memanggil nama Ranu. Bersamaan dengan itu, sinar terang lampu memantul di sebagian permukaan kulit wajahnya. Mata coklat terang, rambut coklat gelap hampir hitam, bibir merah bata aksen matte dan bulu mata lentik miliknya itu sesaat membuat mata Ranu enggan berkedip.

Ranu melihat Raline mengenakan dress hitam, panjangnya hanya sampai separuh paha. Dress ketat yang dia pakai membuat lekuk tubuhnya semakin terlihat jelas. Melengkung sempurna dan terasa nyaman dipeluk. Rambut coklat tua-nya digulung-gulung menjadi cepolan atas yang membuat leher serta bahunya terbuka.

"Berhenti melihat putriku seperti itu atau kutusuk bola matamu!"

Remasan kuat Daniel di bahu Ranu membuat Ranu akhirnya tersadar lantas meringis linu. "B-baiklah." gagapnya.

Daniel mengendurkan cengkramannya tapi masih tak menghentikkan mata tajamnya yang menatap Ranu. Ia tahu betul tatapan apa itu tadi yang Ranu berikan pada putrinya.

"Tell me you're not gonna wear this, Raline." Ranu berkata dengan nada menekan.

Raline berdecih "Atau apa?" tanyanya ketus. "Kau akan menciumi leherku lagi sampai memerah seperti dulu? Aku tidak akan membiarkannya. Akan kubunuh kau kalau berani menyentuhku," lanjut Raline, mengancam.

Ranu bergeming dengan mata menyipit. Sudah pasti ia tidak akan bisa menggunakan cara lama. Masalah kaki mungkin masih bisa ditawar, tapi Ranu tidak akan membiarkan leher jenjang Raline yang menjadi tempat favoritnya itu dilihat oleh banyak orang.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now