25. Bukan Soal Waktu

159 5 0
                                    

"...yang aku butuhkan hanya satu alasan untuk bisa memaafkanmu."

-Raline

Asap putih pekat bergumul-gumul keluar dari mulut dan hidung seorang lelaki. Ia berdiri menghadap bingkai jendela kayu. Satu tangannya memegang batang rokok yang tinggal separuh dan tangan lain dimasukan dalam saku.

Ranu memejamkan matanya. Entah sudah berapa lama sejak hari itu tapi perkataan Raline masih terngiang dipikirannya.

"Aku sangat berharap bisa bertukar tubuh denganmu sehari saja agar kamu bisa tahu seberapa besar aku membencimu,"

Saat melihat mata coklat itu, Ranu tidak lagi mendapat rasa hangat yang dulu pernah ada untuknya. Hanya kebencian yang tersampaikan. Tidak ada lagi cinta atau semacamnya. Apakah benar hubungan mereka harus berakhir seperti ini?

Tuhan telah amat baik mengabulkan permohonannya untuk menghidupkan Raline yang pernah koma dulu. Maukah Tuhan mengabulkan doanya lagi untuk kembali menghidupkan perasaan Raline padanya?

Ranu menghembuskan napas beratnya. Netra kelam itu mengerling pada selembar kertas yang teronggok di atas meja. Tak tahu sudah sejak kapan surat kesepakatan cerai ada disana. Sampai sekarang, ia sama sekali belum menyentuh lembar terkutuk itu.

Daun pintu terbuka disusul masuknya seorang lelaki berperawakan ramping. Sosok itu tercekat kaget ketika melihat kondisi majikannya yang bisa dibilang sangat mengenaskan.

Kedua bola matanya cekung, surainya lebih berantakan dari singa, janggutnya ditumbuhi rambut halus dan ....Ya Tuhan, Apa itu baju yang Jay lihat dipakai Ranu kemarin?

"Kau.... baik-baik saja?"

Ranu menatapnya dingin, "Menurutmu?"

Jay meneguk ludahnya. Ia berjalan mendekati pria yang memiringkan kepalanya menerawang jendela. Sesaat ia melirik pada surat yang ia antar kesini beberapa hari lalu. Letak posisinya yang tidak berubah semilipun membuat Jay yakin benda itu belum tersentuh.

"Aku ingin memberitahumu bahwa seluruh aset perusahaan yang pernah diakuisisi oleh Adyan sudah kembali atas namamu. Tuan Reymond juga telah berbicara kepada para investor dan pemegang saham soal kepemilikan Zander Corp. Berkat kerja kerasmu, kau berhasil menyelamatkan perusahaan dari keadaan kritis,"

Jay berkata dengan nada menyanjung tapi entah bagaimana malah membuat hati Ranu merasa ngilu.

Apa gunanya punya perusahaan jika kehilangan rumah untuk pulang?

Ranu tersenyum pahit, menertawai kebodohannya sendiri.

Melihat tuannya kembali melamun ke luar jendela membuat Jay meringis ikut trenyuh. Ia sendiri yang menjadi saksi bagaimana beratnya perjuangan Ranu dan Raline agar bisa bersama. Semua pengorbanan besar mereka hingga bisa menikah seolah tak memiliki arti jika berakhir cerai seperti ini.

"Kau sudah tahu kabar tentang Raline?" Tanya Jay.

Ranu menjawab dengan gelengan lemah membuat Jay melebarkan matanya.

"Sungguh?! Kau belum tahu soal Raline sama sekali?!"

Mendengar nada bicara Jay yang meninggi membuat kepala Ranu menoleh cepat. "Kenapa? Apa terjadi sesuatu padanya? Apa dia jadi depresi dan mencoba bunuh diri setelah mengirimkan gugatan cerai?"

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now