11. Laki-Laki atau Perempuan

158 2 0
                                    

WARNING: Mengandung unsur dewasa. Pembaca dibawah umur di mohon bijak

"Terima kasih telah memenuhi undangan kami. Aku dan suamiku sangat bahagia dengan kedatangan kalian."

Jane dan Adam berjalan beriringan mengantarkan sepasang tamu spesial mereka ke depan lift.

Pesta telah berakhir beberapa waktu lalu. Ballroom yang tadinya ramai oleh orang orang berpakaian mewah dan glamor kini hanya diisi oleh beberapa petugas dengan seragam kebersihan.

"Istriku benar, kami senang akhirnya Ranu mau mengunjungi kami lagi setelah bertahun-tahun. Apalagi dia datang bersama istrinya. Waahh berandal ini, kupikir dia akan mengencani laporan perusahaan sampai tua, ya kan Jane?"

Baik Adam maupun Jane tertawa geli meledek Ranu. Sementara Ranu seperti biasa hanya memunculkan raut dingin tak bereskpresi.

Tawa Jane mereda beberapa detik kemudian. Ia beralih menatap wanita ayu yang berdiri di samping Ranu dengan wajah bercahaya lalu...

Drepp

Raline hanya bisa tertegun saat Jane tiba tiba memeluknya erat.

"Aku dan Anna berhutang terima kasih kepadamu. Terima kasih telah membuat Ranu hidup kembali, Raline." katanya begitu lirih, dan mungkin memang dimaksudkan agar hanya Raline yang mendengar.

Jujur, Raline tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya diam dan memaku pikiran sampai Jane melerai pelukan mereka. Terlihat genangan bening memenuhi pelupuk mata hijau Jane.

"Aunty Jane, kau"

"Tidakhikss, aku tidak menangis, aku... aku... aku hanya kelilipan." Jane memaki dalam hati air matanya yang turun tanpa aba-aba.

Adam memeluk istrinya yang mulai sesegukan. Ia tahu momen saat ini begitu mengharukan menurutnya. Ponakan yang Jane sayangi melebih putranya sendiri ternyata bisa menikah juga. Dan lagi, apa yang Anna lakukan sampai mendapat menantu yang begitu cantik dan berhati selembut malaikat ini?!

"Sepertinya Aunty Jane butuh istirahat, Uncle. Kalau begitu, aku dan istriku pamit. Terima kasih atas undangannya. Selamat beristirahat."ucap Ranu. pria yang sudah habis kesabarannya itu pun menarik Raline memasuki lift.

"Hmm ya baiklah, selamat istira—"

"SELAMAT BERSENANG-SENANG! AKU PESAN CUCU LAKI-LAKI YANG TAMPAN!"

Jane berteriak di tengah sesegukannya mereda tepat sebelum pintu lift menutup sempurna.

Ranu tersenyum kecil sementara Raline yang tak sempat mendengarnya hanya mengerutkan kening.

"Apa yang Aunty JaneMmph"Raline melebarkan mata saat tiba-tiba sebuah bibir membungkam mulutnya.

Ranu telah terbakar nafu dan Raline menyadari itu. Jemari lentiknya kemudian bergerak merengkuh wajah Ranu sembari pelan-pelan membalas pangutan bibir pria tersebut. Keduanya sama-sama diterjang gairah hingga tak peduli walau masih dalam lift sekalipun.

Jari-jari Ranu bergerak mengendurkan dasinya asal. Rasa panas menjalar dalam tubuhnya hingga mencapai ubun-ubun. Matanya menggelap, tubuhnya menginginkan Raline saat ini juga.

Ting

Pintu lift terbuka tepat di depan pintu kamar hotel. Ranu menyelipkan satu tangannya di sela lutut Raline. Lalu dengan bibir yang masih menyatu, ia menggendong istrinya memasuki kamar.

Raline hanya bisa meremas rambut licin Ranu saat bibir pria itu bergerak turun menggerayangi lehernya. Ia sengaja mendudukan Raline diatas meja pantry tinggi agar ia bisa lebih leluasa menikmati setiap jengkal kulit istrinya.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now