32. Warm Night

330 2 0
                                    

"Mereka sampai berciuman?!!"

Megan membelakak sambil menutup mulutnya. Masih terkejut dengan cerita yang baru saja didengar. Beberapa waktu lalu Megan buru-buru datang ke kediaman Reymond saat tahu rencana mereka untuk menyatukan Raline dan Ranu berhasil dilaksanakan. Daniel tidak ikut kesana karena ada suatu urusan.

Reymond tertawa puas, "Ekh-hm. Lihat saja sebentar lagi mereka akan datang kesini bersama lalu- "

Brak!

Pintu ruang tamu dengan kasar membuat dua orang disana tertoleh. Siluet lelaki berperawakan ramping dan kekar memenuhi bingkai pintu. Semakin ia mendekat semakin terlihat wajah penuh lukanya yang sarat dongkol.

"Ranu- "

"Aku hampir mati karenamu, tua bangka sialan!" desis Ranu sambil mengeratkan cengkramannya di kerah leher Reymond.

Reymond balas mencengkram pergelangan Ranu tak kalah kuat. Lalu dalam sekali hentak, ia terbebas, "Kau harusnya berterima kasih, bocah kurang ajar!" hardiknya.

"Berterima kasih karena telah membuatku sekarat maksudmu?!!"

"Memang itu rencananya!" Tukas Reymond,"Kau dibuat sekarat lalu Raline datang menyelamatkanmu, kalian berciuman, lalu maaf-maafan, datang kesini bergandengan dan berhenti membuatku muak." suara Reymond meninggi, napasnya mulai ngos-ngosan.

"....Raline sudah menyelamatkanmu. Dan aku tahu kalian juga sudah berciuman, sekarang mana dia, huh?" Reymond celingukan mencari-cari sesuatu di belakang Ranu, "Kenapa kau datang sendiri? Bukannya kalian sudah- "

"Dia tidak ada," serobot Ranu cepat, "Dan harusnya kalian memberitahuku lebih dulu, jadi situasinya tidak akan sekacau ini."

Begitu berucap dingin, Ranu melenggang pergi menuju kamarnya tanpa memedulikan ekspresi orang-orang disana yang terlihat kebingungan.

"Kacau?" Reymond membeo, "Apa maksudnya rencana kita gagal?" ia menatap pada Megan.

Megan menghela pasrah, "Sepertinya begitu."

- R&R -

Setelah masuk kamar dan mengunci pintu rapat-rapat, Ranu menyeringai. Lalu dengan cepat ia segera membuka ponselnya untuk menelpon seseorang.

"Halo?"

Suara lembut di sebrang membuatnya mengembangkan senyum, "Kamu sudah sampai?"

"Hm, sudah. Bagaimana denganmu?"

Ranu berjalan menuju sofa dan menjatuhkan bokongnya di permukaan empuk itu, "Aku baru sampai rumah."

"Kalau begitu cepat istirahat. Dokter bilang lukamu lumayan serius. Kamu seharusnya belum boleh pulang sekarang, Ranu."

Mendengarnya membuat Ranu menghangat, "Kalau begitu kenapa tidak kamu saja yang datang merawatku disini, hm?"

"Kalau aku kesitu nanti mereka akan langsung tahu dan rencana kita bisa gagal. Pokoknya kita harus pura-pura belum baikan sementara. Mereka tidak boleh bersenang-senang setelah membuatmu hampir mati."

"Hm, benar juga," gumam Ranu.

Mengingat bagaimana ruang tamunya tadi penuh dengan kacang rebus dan soda membuat Ranu yakin kalau Reymond hendak merayakan kemenangan karena telah membuatnya hampir sekarat. Ayahnya itu sedari muda selalu punya hobi membuatnya hampir mati. Kali ini, Ranu tak ingin membuat pria tua bangka itu merasa berhasil lagi.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now