22. Ricuh

178 7 0
                                    

Meong

Meong

Seekor kucing keturunan himalaya terlihat sangat menikmati belaian lembut di kepalanya. Sinar matahari tertangkap oleh kedua iris mata hewan berkumis tersebut hingga memantulkan cahaya biru di kanan dan kuning di kiri. Kendati tergolong aneh, kucing yang diberi nama 'Lupine' itu terlihat sangat menggemaskan saat mengguling-guling di lantai hijau taman.

"Dia tampak sangat merindukanmu."

Suara berat dari belakang membuat Raline berhenti menggelitik kucing berbulu lebat yang ada di pangkuannya. Ia menoleh ke belakang . Sosok pria paruh baya berbadan tegap menyambutnya.

Raline mengulas senyum tipis, "Hm, Aku juga. Lupine masih semenggemaskan dulu saat baru lahir."

Mereka berdiri sejajar di halaman belakang rumah bernuansa eropa klasik. Kendati sudah berumur puluhan tahun, rumah yang pernah ditinggali Raline semasa kecil itu masih berdiri kokoh. Hanya ada beberapa sisi tembok luar yang mengelupas dirambati akar tanaman. Kerusakan lain telah Daniel benahi hingga kini bangunan itu kembali layak huni. Dan menjadi tempat tinggal sepasang ayah dan anak itu serta Megan-atas permintaan Raline.

"Ayah tidak membicarakan Lupine,"tukas Daniel, membuat Raline menoleh, dahinya berkerut. "Ayah sedang membicarakan suamimu."

Raline mendadak bisu. Ia menyeret tatapannya ke danau kecil yang dikelilingi oleh pinus-pinus muda. Semilir angin bertiup halus dari permukaan danau membawa ingatan tentang kejadian lampau yang membuatnya jadi sering termenung sendirian.

Daniel menghembuskan napas panjang. Sudah berminggu-minggu sejak hari dimana Raline pulang dengan wajah sendu setelah semalaman menghilang. Namun, Daniel masih tak tau pasti seperti apa kejadian yang membuat putrinya menjadi sekacau itu.

"Apa kau belum mau bercerita pada ayah tentang kejadian beberapa minggu lalu?" tanya Daniel. Dari samping, ia memerhatikan bibir Raline mulai terbuka akan menjawab.

"....Aku dan dia bertemu malam itu." jawab Raline lirih.

"Ayah sudah tahu," tandas Daniel. "Yang ayah tanyakan adalah apa yang terjadi diantara kalian malam itu. Kamu sangat terpukul dengan kematian Ranu, mengetahui bahwa ternyata dia masih hidup harusnya membuatmu lega dan tak mungkin pulang dengan keadaan menyedihkan seperti saat itu. Apa yang Ranu perbuat sampai membuat putri ayah bersedih, hm?"

Hening merambati udara pagi di taman itu. Mulut Raline terkatup melipat ke dalam, kembali tak ingin bersuara. Menyadari itu, Daniel lagi-lagi harus menjawab pertanyaannya sendiri dengan helaan napas.

"Kamu pasti enggan bercerita karena takut ayah tidak bisa memaafkan Ranu, kan?" Daniel menebak.

Raline terhenyak. Mengagumi bagaimana ayahnya itu dapat menebak isi pikiran yang Raline sendiri tak tahu bagaimana cara mengutarakannya.

Dalam diamnya Raline mengiyakan.

"Baiklah, ayah tidak akan ikut campur. Ayah tau kalian mampu mengatasinya sendiri. Pertahankan jika masih bisa, dan jangan ragu untuk melepaskan jika terlalu menyakitkan. Mengerti?" ucap Daniel. Ia bisa melihat kalut yang membenamkan wajah Raline. Kentara jelas, ada masalah besar yang membuat rumah tangga putrinya itu seperti diambang kehancuran.

"Ternyata disini kalian berdua!"

Suara melengking wanita membuat sepasang manusia sedarah itu menengok. Dari arah pukul tiga, Megan datang dengan wajah dongkol.

"Bukankah kita ada janji dengan Reymond siang ini?" tanya Megan pada Daniel.

"Reymond?" Raline mengernyit.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now