[ julian x yin ] • crush

2.3K 186 15
                                    

"ahahah! Dia pergi! Dasar culun!"

Anak kecil berambut merah maroon itu berlari menjauh dari kerumunan anak laki-laki lainnya, ia menangis sembari memegang kepalanya yang dipukul salah satu anak tadi.

Julian, pulang ke rumahnya dan tidak berhenti merengek sama sekali. "Hiks! Ayah! Aku di bully lagi!" Ucapnya menangis menjadi-jadi, Terizla menghampirinya lalu langsung menggendong sang anak.

"Shh shh, apa yang mereka lakukan padamu?" Tanya Terizla mengusap sisa air mata Julian.

Julian memberikan ekspresi manyun lucu, lalu memeluk sang ayah. "Hiks hiks, mereka.. mengatai aku seorang culun.." balasnya mengucek mata, Terizla tersenyum tipis lalu mengecup kening sang anak.

"Julian sayang, dunia ini penuh kejahatan.. dan begitu pula dalam diri kita.." Terizla menunjuk di bagian dada Julian, "tapi berbeda denganmu, kau dilahirkan.. sebagai seseorang yang baik dan tulus." Lanjutnya.

Julian menatap Terizla, "Ibumu selalu menunggu kelahiran mu, sampai.. dia harus menukar nyawanya sendiri.." ucap Terizla dengan nada cukup sedih. Julian kembali memeluk sang ayah.

"Tapi, itu bukan alasan ayah membencimu. Kau adalah anak yang baik, sangat mencirikan ibumu. Ayah senang sampai sekarang bisa menjagamu." Terizla mengusap surai Julian dengan lembut.

"Ayah, aku akan berjanji.." ucap Julian dengan nada serius, Terizla tersenyum menatapnya.

"Aku akan lebih kuat, dan membantu orang-orang sekitar.. seperti ayah!" Lanjut Julian semangat, Terizla mengangguk-angguk terkekeh. "Benar, itu baru anak ayah!" Balasnya menepuk kepala Julian.

...

10 tahun kemudian,

Bruk!

"Ah sialan! Lu punya mata gak sih?!"

Claude menatap sinis kearah Zilong yang tidak sengaja menabrak nya, dan membuat minumannya harus tertumpah ke lantai begitu saja. "Minta maaf sana." Minta Yin, Zilong mengernyitkan dahi.

"Gw gak sengaja, lagian dia juga ngobrol di tengah-tengah." Balas Zilong.

"Kalau gw bilang minta maaf, ya minta maaf!" Yin menarik kerah baju Zilong, tapi tiba-tiba seseorang menghentikan aksinya. Ketiga pria itu menengok kearah Julian dengan ekspresi datar biasanya, ia memisahkan kedua pihak lalu mengeluarkan duit.

"Cukup kan? Buat gantiin minum lu?" Tanya Julian memberikan uang ke Claude, Claude hanya terdiam menatap duit itu.

Julian berganti memandang kearah Yin, lalu langsung beranjak pergi dari sana. Zilong yang sudah tau tidak kena masalah, langsung ngacir kabur. Yin mengernyitkan dahi, menatap heran kearah punggung Julian.

"Gw kek kenal dia deh." Ucapnya.

Claude asik menghitung duit yang diberikan, lalu memasukkannya ke kantong celana. "Iyalah, dia kan temen masa kecil lu. Si culun, Julian." Balasnya santai, Yin membelalakkan mata. "Hah?! Dia si merah cupu itu?! Kok sekarang beda banget??" Tanya Yin tidak percaya.

Reaksi Claude hanya mengangkat sekilas bahu, "kenapa? Lu suka?" Tanyanya balik. Ekspresi Yin langsung berubah mengarah jijik, "yakali gw suka ama bocil merah cupu kek dia, dah ah.. mending balik ke kelas." Balasnya berjalan duluan.

"Et, tungguin napa!"

***

Julian bersender di pinggir jendela, ia menatap keluar sekolah sembari mengemut permen lollipop. Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi laki-laki terbuka, menampilkan Yin seorang diri.

"Huh?"

Keduanya saling bertatapan tanpa disengaja, Yin memberikan ekspresi jengkel lalu langsung memasuki bilik kamar mandi. Julian menatapnya dengan iris tajam, lalu kembali berfokus keluar jendela.

𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟𝗟𝗘 [✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt