[ Natan x Julian ] • Time

1.2K 72 13
                                    

[ right person, not enough time ]

Setiap malam terus memimpikan tentang dirimu, tak pernah letih untuk terus berjuang. Walau tau semuanya hanya sia-sia diakhir nanti.

Menyesal akan diri sendiri, seharusnya saya membawa alat itu dan membawamu pergi bersama denganku.

Air mata terus mengalir tak pernah berhenti setiap mengingat mu, seakan dunia mulai hancur karena saya telah kehilangan separuh jiwa ini.

Sempat berpikir bahwa ingin membunuh diri karena merasa tak pantas dianggap manusia yang terselamatkan dari maut, saya lebih baik dianggap monster ketimbang harus hidup tanpa adanya dirimu disamping saya.

Tapi, apakah dengan adanya kematian.. saya bisa bertemu denganmu, July?

Setiap hari saya habiskan hanya untuk memandangi kenangan masa lalu antara kita, sebelum benar-benar terlupakan nantinya.

Tak akan pernah saya maafkan bagi para bajingan diluar sana, yang sudah menghancurkan kebahagiaan kita di usia mu yang sangat muda.

July, my sweetest July.

***

"Kak Natan."

Natan menengok kearah seorang pemuda bersurai merah marun acak-acakan dengan sebuah kertas yang ia genggam, "Kenapa, Jul?" Tanya Natan mendekat.

Julian menunjukkan kertas soal, "Aku gak paham tentang ini, boleh ajarin ga?" Tanyanya. Natan perlahan tersenyum tipis lalu menepuk kepala yang lebih muda, "Sure." Balasnya.

Mereka berdua duduk di kursi perpustakaan, Natan mulai mengajari satu persatu langkahnya. Yang lebih muda, Julian mendengarkan dan mengamati caranya.

"Nah, sudah paham?" Tanya Natan.

Julian mengangguk lalu mulai menghitung seperti yang diajarkan, Natan bertopang dagu sembari memandangi lawannya.

Drt drtt!

Ponsel Natan terus bergetar tanpa henti, sampai sang pemilik mengambilnya untuk mengecek notif. Beberapa notif dari grup sekolah bermunculan terus,

[ Notif ] Semuanya keluar dari sekolah!
[ Notif ] Ada apa pak??
[ Notif ] Ada serangan dadakan dari Abyss! Semuanya cepat keluar!

Natan melebarkan mata, lalu segera beranjak dari kursi. "July, kita harus pergi sekarang." Mintanya, Julian menatapnya datar. "Kenapa?" Tanyanya.

"Para Abyss menyerang sekolah kita!" Seru Natan.

Julian langsung beranjak mendengar itu, keduanya berlari keluar perpustakaan dan tangga. "Awas!" Seru anak-anak di lobby, Julian dengan sigap menghancurkan batu-batuan bangunan dengan senjatanya.

"Sial, kenapa di situasi begini saya lupa bawa senjata!" Natan menarik Julian kearah pintu keluar.

"Jangan khawatir kak, aku akan—" Julian menengok kearah sebuah sinar merah yang dengan kecepatan kilat mengarah ke mereka.

"AWAS KAK NATAN!"

Bruk!

Natan terkaget saat Julian mendorongnya, "JULY!!" Teriaknya menengok kebelakang. Tepat kearah Julian yang tersenyum tipis sebelum terkena serangan cahaya merah itu.

"Jaga dirimu, kak."

BOOM!!

Natan terpental beberapa meter dari ledakan tersebut, ia terdiam melihat puing-puing bangunan yang sudah tertumbuk meniban Julian yang tidak terbaring.

𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟𝗟𝗘 [✓]Where stories live. Discover now