[ Vale x Valir ] • Home

2.2K 156 12
                                    

⚠️kekerasan

"KAU SELINGKUH LAGI?! DASAR PRIA TIDAK TAU DIRI!!"

"JUSTRU AKU SELINGKUH KARENA MEMILIKI ISTRI TIDAK BERGUNA SEPERTIMU!"

"KAU SEHARUSNYA BERSYUKUR KARENA AKU SELALU SABAR MENGHADAPIMU!!"

"SABAR?! SETELAH SEMUA PEREMPUAN SELINGKUHAN ITU KAU LUKAI DENGAN ALAT TAJAM? HAHA"

"MEREKA MEMANG PANTAS MENDAPATKANNYA!!"

PRANG!!

".." Valir menutup erat-erat kupingnya, meringkuk di kamar seorang diri. Suara pecahan beling semakin terdengar jelas, teriakan, pukulan, sampai tangisan semua terdengar jelas.

Takut, merupakan suatu perasaan Valir saat ini. Tiada sehari tanpa adanya kekerasan dikeluarganya, ia hanya ingin bisa tidur tenang di malam hari tanpa merasa terganggu.

Valir masuk ke dalam selimut, menutup kupingnya sembari menahan tangisan.

Berharap semua ini berlalu begitu saja tanpa harus ia alami, ia membutuhkan sosoknya. Sosok pria yang selalu memenangkan Valir disaat terpuruknya.

"..Vale." gumam Valir.

Ya, Vale. Pria yang merupakan sebagian hidup dari Valir, selalu tau solusinya untuk mencari ketenangan.

..

"Valir, pipimu lebam lagi." Vale mengompres pelan pipi Valir dengan kain dingin, "ouch.." keluh Valir memejamkan mata.

Vale menghela nafas berat, "Apakah mereka bertengkar lagi?" Tanyanya.

Valir memberikan tatapan sayu, lalu mengangguk pelan. "Jika mereka tidak berantem dalam sehari, itu suatu keajaiban." Balasnya.

Vale menatap lembut Valir, ia tersenyum tipis. "Kau bisa menginap dirumahku." Sarannya, tapi lagi-lagi Valir menolak tawarannya.

"Ayah akan marah jika tau bahwa aku masih berhubungan denganmu." Balas Valir takut.

"...Hah." Vale menatap khawatir Valir, tapi memang sudah dari persetujuan lama bahwa Valir harus menjauhi Vale.

Semenjak kejadian mereka sempat berciuman di kamar Valir, dan sang ayah memergoki mereka. Membuat Vale benar-benar ditolak dari keluarga Valir.

Sekarang mereka bertemu pun harus secara pelan-pelan, dan tidak ditempat yang dekat dengan rumah mereka berdua.

Raut wajah Valir membuktikan ia tidak ingin pulang, namun kemana lagi ia harus pergi jika tidak ke rumahnya?

Kedua tangan Vale memegang pelan nan lembut tangan Valir, "..Hm?" Valir menatap lawannya yang tersenyum tipis kearahnya.

"Valir, ayo larikan diri." Ajak Vale.

Mata Valir melebar, ia menatap tidak percaya kearah Vale yang tidak memudarkan senyuman tulusnya.

"Huh...?"

***

Pagi hari,

"Anak sialan itu, jam segini belum keluar kamar dan menyiapkan makanan huh?"

Ayah Valir dengan nada emosi menengok kearah kamar Valir yang masih tertutup, ia berjalan dengan langkah marah lalu menggedor pintu.

Tidak ada jawaban, sang ayah memberikan ekspresi kesal lalu langsung membuka pintu yang tidak dikunci.

"Hei!! Ini sudah jam berapa, kenapa kau belum menyiapkan sarapan hah?!!—"

Kamar Valir kosong.

Namun, beberapa barang dari sana terlihat di ambil dan jendela kamarnya terbuka. Ayah Valir yang mengetahui anaknya kabur kemarin malam, secara tiba-tiba menonjok keras tembok.

𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟𝗟𝗘 [✓]Where stories live. Discover now