[ X-Borg x Granger ] • Toxic

1.2K 81 4
                                    

ft. AluNger & ClauBorg.

Menjadi satu-satunya yang mempertahankan hubungan, itu hal yang paling menyakitkan.

Granger sedang menjalaninya, hubungan yang ia perjuangkan satu-satunya. Bahkan walau ia tau pacarnya adalah seorang brengsek, ia tidak bisa melepaskannya begitu saja.

Matanya tak terpejam, memandangi langit-langit kamar. Sekarang sudah menunjuk pukul 11 malam, tapi pacarnya belum pulang sampai sekarang.

Pesan yang terakhir ia dapat adalah pacarnya mengabarkan sedang berjalan keluar bersama 'teman'-nya. Setelah itu, tak ada lagi pesan dari pacarnya.

Drrt drtt

Ponselnya bergetar, Granger dengan tatapan kosong menengok kearah meja nakas samping kasur. Tangannya meraih ponsel itu dengan malas, lalu membuka notif dari pacarnya.

[NOTIF] Vian💫: bub, sorry tpi hari ini aku akan menginap di rumah Ude. Aku akan pulang besok pagi.

Ia menghela nafas panjang, melempar ponsel ke samping kasurnya yang kosong. Granger segera menarik selimut, bahkan ia tidak berniat untuk membalas chat pacarnya.

'.. Sampai kapan kita terus begini..?' batin Granger mengeratkan pegangan pada selimutnya.

---

"Apakah pacarmu tidak masalah?"

Lelaki muda itu menatap pasangannya di kasur, keduanya sama-sama tak terbalut pakaian. "Aku sudah mengatakannya, mungkin akan dibaca esok pagi.." Balas lelaki satunya sembari meletakkan ponselnya di meja nakas.

"Aku sungguh merasa tak enak dengan Granger.." Ucap yang lebih muda kembali.

Manik merah-oranye itu menatap lawan bicaranya, tangannya menangkup kedua pipinya sembari terkekeh. "Claud, sudah kukatakan ini hanyalah hubungan semata. Kita bahkan tidak saling mencintai." Balasnya meyakinkan.

Claude tersenyum manis, mencium bibir yang berada di bawah kukungan nya. Melumat pelan bibir itu sebelum turun menciumi rahang tegas itu, dan menjilati leher yang sudah memiliki beberapa bekas memerah.

"Aku mencintaimu, kak Xavian." ucapnya berbisik.

X-Borg menatapnya lalu terkekeh, tangannya mengacak rambut cokelat muda itu. "Aku juga, aku juga mencintaimu." Balasnya, sebelum keduanya kembali berciuman di atas kasur itu.

-----

Cklek.

Baru saja jam 6 pagi, tapi Granger sudah berada di dapur. Suara pintu apartemen yang tertutup menunjukkan bahwa pacarnya yang sudah kembali dari menginap, tiba-tiba sebuah tangan melingkari pinggang ramping itu.

Granger melirik sekilas, menatap X-Borg yang tersenyum memandangi kegiatannya. "Tumben sekali kau pulang pagi-pagi." Lelaki berambut biru pucat itu terkekeh sembari menyenderkan kepala di antara pundak dan ceruk leher putih.

"Aku merindukanmu." Balas X-Borg.

Pupil Granger bergetar, rasanya ucapan yang dilontarkan itu adalah sebuah kebohongan terburuk yang pernah ia dengar. Tangannya hanya terus fokus memasak sarapan, walau kepalanya mulai terpenuhi dengan kata-kata X-Borg sebelumnya.

"Aku akan mandi dulu." X-Borg mengecup pipi kanan pacarnya, lalu pergi beranjak ke kamar mereka.

Pintu tertutup, Granger mematikan kompornya. Perlahan ia ambruk, kepalanya menunduk dan tangannya menutup mulut. Air mata tak bisa ia tahan, perlahan turun deras dan mulai menetes ke lantai yang bersih.

𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟𝗟𝗘 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang