PART 11

6.1K 702 54
                                    

Lusa adalah kemoterapi kedua Garin. Persiapannya, yaa ... hanya harus menjaga tubuhnya dengan baik. Makan yang banyak, minum obat, dan istirahat. Untuk yang kedua ini dokter menyarankan untuk Garin memasang kateter ke pembuluh darah besarnya yang kemudian akan diarahkan menuju pembuluh vena sentral, intinya sama saja dengan infus, hanya ini dipakai untuk jangka panjang, sedangkan infus di tangan tidak cocok dipakai untuk jangka waktu yang lama karena kemarin saja Garin memakai infus kanan-kiri, dan dua-duanya sampai dua kali mengganti letak infus akibat tangannya bengkak, katanya itu karena pembuluh vena Garin kecil. Jika dipasang kateter ini, Garin tak perlu lagi lepas pasang jarum infus. Efektif juga untuk memasukkan beberapa obat ke dalam tubuhnya secara bersamaan, karena bisa dipasang dua sampai tiga cabang akses sekaligus.

Untuk itu Gama menyetujui, Garin nurut aja.

Lewat operasi kecil, kateternya dipasang, benda itu ada di dada kanan Garin di bawah tulang selangkanya, tidak begitu nyeri saat dipasang, tapi beberapa waktu kemudian, baru terasa perih. Setelah pemasangan kateter vena sentral, dan Garin sudah mulai terbiasa dengan rasa perih dan tidak nyamannya. Garin berdiri di depan dinding kaca, melihat pemandangan jalan dari kamarnya yang berada di lantai tiga. Sebelum lusa, mungkin hanya bisa berbaring. Garin ingin memuaskan diri dulu menikmati pemandangan luar walau hanya dari balik kaca.

Pintu terbuka. Garin langsung menoleh, Gama datang.

"Ngapain?" Tak disangka dia bertanya.

Garin tersenyum. "Liatin jalan," sahutnya.

"Gak penting banget," kata Gama sembari mendudukkan diri di sofa. Sejak kepulangan Garin dari Bali, ini baru pertama kalinya dia melihat Gama. Walaupun Gama selalu ada di balik keputusan dokter, tapi itu diputuskan hanya lewat telepon biasanya, tidak bertatap muka.

Garin melangkah kembali ke ranjangnya, duduk di tepi ranjang, menghadap Gama yang sedang membaca sebuah buku.

"Makasih ya, Bang, buat liburan kemarin," ucap Garin. "Makasih juga udah titipin gue ke Hagi."

Sudah tahu Gama tidak akan merespon, tapi Garin tetap merasa harus mengatakan terimakasih langsung pada abangnya.

--

Garin mengucap terimakasih pada dokter yang telah selesai menyambungkan obat kemoterapi pertamanya di siklus ke-2 ini, pada Tunneled CVC di dadanya. Garin menunggu dengan was-was, menatap tetesan obat itu, akan seperti apa efeknya.

Menyesal dia tinggal tidur, ternyata si obat keras menunggunya lengah. Saat terbangun Garin merasa kepalanya berat, tidak ada yang ingin dia lakukan selain menutup mata kembali. Belum habis satu kantong sudah begini. Garin pasrah. Tapi sepertinya beberapa jam yang lalu hanya salam perkenalan kembali dari obat itu, begitu Garin bangun untuk kedua kali, kepalanya sudah tidak seberat tadi, hanya pusing biasa, dan mual. Oh, kali ini mual muncul di hari pertama.

Gama datang saat menjelang malam membawakan Garin potongan buah dalam kotak, dia pasti tahu Garin akan mual dan tak bisa makan. Garin kira Gama pulang, tapi ternyata saat Garin tidur, Gama masuk ke kamarnya, sampai Garin terperanjat bangun karena mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki. Biasanya Garin sulit tidur jika ada orang lain di dalam kamar, atau ruangan yang sama dengannya, tapi kali ini matanya tertutup lagi tanpa gelisah, kembali bermimpi dengan tenang.

--

"Sepertinya kemoterapi kedua ini punya efek yang lebih dari kemarin. Sebaiknya ada pihak keluarga yang selalu menemani, karena pasien tidak bisa melakukan rutinitasnya sendiri. Kami tenaga medis pun tidak bisa selalu ada di sampingnya." Seorang perawat mengatakan itu kepada Gama karena Garin terlihat tidak berdaya dari awal. Maka, Gama mencari seseorang untuk menemani Garin semacam caregiver, dia ambil dari lembaga terpercaya.

EGO (Selesai) Where stories live. Discover now