PART 28

5.5K 623 35
                                    


Melewati kemo dosis kedua, seharian Garin menggigil, Mama menumpukkan dua selimut di atas tubuhnya.

"Maa, Garin baik-baik aja kok." Garin berusaha untuk membuka mata, menatap Mama yang juga sedang menatapnya, tapi sejak tadi hanya diam saja.

Mama mengambil kompresan di kening Garin, memasukan kembali ke wadah berisi air hangat, memerasnya, lalu meletakannya kembali di kening Garin yang cukup panas.

Hangat yang terasa, membuat Garin nyaman. Matanya terus menatap Mama. "Ma, jangan takut sama Garin, jangan tinggalin Garin," lirihnya.

Mama menatap Garin yang cukup kacau, menggigil dengan segala rupa peralatan yang menempel di tubuhnya, dan nasal kanul yang membantu napasnya yang sesak dari seminggu kemarin. Mama beranjak.

"Maaa," Garin memanggil, menahan mamanya dengan panggilan.

"Mama ke toilet dulu, gak akan ke mana-mana."

Setelah mengatakan itu, Mama melangkah, masuk ke dalam toilet. Walaupun berat untuk membuka mata, tapi Garin tetap mempertahankan kelopak matanya untuk terbuka, menunggu Mama keluar dari toilet. Dia hanya tak ingin Mama menjauh darinya karena perasaan takut. Garin ingin Mama percaya padanya.

--

"Bang, Mama mana?"

Gama membantu Garin untuk menelan beberapa pilnya, termasuk immunoterapi.

"Di rumah. Ini kan hari Sabtu, Mama gak akan ke sini."

"Bang, gue udah baikkan kok."

Gama mengangguk. Garin sudah tidak menggigil meski demamnya belum hilang.

"Nanti Mama ke sini lagi, kan, Bang?"

Gama mengangguk lagi. "Mama gak masalah sama keadaan lo, Rin." Dia mengerti apa yang ditakutkan Garin sejak kemarin.

"Bang, lo pulang, yakinin Mama kalo gue bisa."

"Mama, gak kenapa-napa kok, Rin."

"Bang, kali ini gue pasti bisa remisi."

"Iya, lo bisa."

Gama menarik tisu di nakas, menghapus air mata yang tiba-tiba menetes dari sudut mata cekung adiknya.

"Bang."

"Hm?" Gama menatap mata resah Garin.

"Lo percaya sama gue, kan?"

Gama terdiam sejenak, kemudian mengangguk. "Iya, gue percaya." 

Setelah mendapat jawaban seperti itu. Bibir Garin tersenyum. "Makasih ya, Bang," ucapnya.

Gama mengangguk. Beradu tatap dengan sorot mata Garin yang tampak takut.

--

Garin tersenyum, di hari Senin, pagi-pagi Mama datang membawakan sarapan untuknya. Mama duduk di kursi, memberinya minum.

"Habis makan, Mama lap, ya?"

Garin mengangguk dengan senyuman yang mengembang.

-

"Makasih ya, Ma," ucap Garin saat Mama mengusap lembut tubuhnya dengan washlap yang hangat.

Mama tak menyahut. Mengusap kepala Garin sampai ke sela-sela telinga dengan bersih.

"Meremin matanya."

Garin memejamkan mata. Mama mengusap wajahnya dengan tisu basah khusus wajah. Setelah selesai, Mama memakaikannya piyama yang baru.

"Mau ngemil gak?"

"Mau," Garin menyahut.

Mama beranjak, mengambil kotak biskuit bayi yang selalu Gama stock.

EGO (Selesai) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora