PART 22

4.8K 622 30
                                    

Gama terbangun, sepertinya masih terlalu pagi untuk membuka mata, tapi saat melihat punggung Garin yang tengah terbaring membelakanginya, beberapa kali terlihat terguncang karena batuk. Dari semalam sebenarnya, sayup-sayup Gama mendengar suara batuk, tapi karena kantuk yang teramat berat dia tidak sanggup membuka mata untuk sekadar bertanya.

Gama bangun, duduk untuk mengumpulkan nyawanya, lalu bangkit, menghampiri Garin. Mata Garin terbuka saat sebuah telepak tangan mendarat di keningnya. Dengan segaris mata yang terbuka, dia melihat Gama yang meraih tombol pemanggil tenaga medis.

Garin demam tinggi, menggigil, terlihat sesak napas, dan terus terbatuk.

Perawat memasangkan oxymeter lalu memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan. Kemudian dokter datang, menanyakan beberapa hal, dan menyuntikan paracetamol. Pemeriksaan yang lebih lanjut akan dilakukan nanti pagi.

-

Gama tidak pergi kerja, dia mengurus segala pemeriksaan yang akan Garin lakukan: X-ray dada, CT Scan, dan tes darah.

-

Peradangan (Pneumonia) terdeteksi di kedua paru-parunya, dokter melakukan beberapa pemeriksaan lagi untuk mengetahui itu terjadi karena apa, dan jika karena infeksi bakteri. Akan dilakukan tes lagi untuk mencari tahu bakteri apa yang menyebabkannya, agar disesuaikan dalam pengobatan.

Untuk sementara Garin dipindah ke ruang isolasi agar tidak terpapar virus atau bakteri lain. Gama mendapat wejangan dari dokter siangnya, karena kemarin sudah membawa Garin ke sembarang tempat saat imun tubuhnya tengah melemah, efek kemoterapi yang baru beberapa hari kemarin dilakukan. Dokter juga menjelaskan lagi: selain pasien yang harus menjaga kebersihan tubuhnya, keluarga pasien juga harus memastikan dalam keadaan bersih saat bercengkrama dengan pasien karena bakteri dan virus yang mungkin mereka bawa bisa masuk dengan muda ke dalam tubuh saat imun pasien sedang lemah.

Garin juga mendapatkan transfusi trombosit karena di sekitar mata kakinya terdapat lebam yang besar, pendarahan di dalam, kemungkinan akibat berlari atau entah, Garin tidak punya trombosit yang cukup, pendarahan akan sangat mudah terjadi karena hal sepele, Gama mendapat wejangan lagi karena itu.

--

Dua hari, Gama tidak bisa melihat Garin secara langsung, karena yang diperbolehkan masuk ke ruang isolasi hanya tenaga medis. Setelah dokter memberikan antibiotik, keadaan paru-parunya membaik, Gama diberitahukan kalau Garin sudah baik-baik saja. Besok dia akan dipindahkan kembali ke ruang rawat.

--

"Kemarin di ruangan isolasi, diapain aja?" tanya Gama. Hari ini, Garin sudah kembali ke ruang rawat dalam keadaan baik-baik saja.

"Dikasih obat, oksigen, sama segala macem tes, gitu doang. Ruangannya dingin banget."

"Lebam di kaki lu mana?"

Garin memperlihatkan lebam yang masih ada di area mata kaki kedua kakinya, tapi yang terparah itu kaki kanan.

"Lo di konser ngapain aja? Gue juga dimarahin dokter karena itu."

"Loncat-loncat doang padahal, ngikut Hagi sama Anka. Eh, Hagi mana? Katanya mau kasih oleh-oleh."

"Tiap hari ke sini. Tar siang paling ke sini lagi. Tuh, di atas nakas, kantong dari Hagi. Kata dokter trombosit lo makin rendah. Jangan banyak tingkah, lo gampang pendarahan."

"Iya, tahu, kemarin dokter juga bilang gitu ke gue." Garin berucap santai sembari membuka kantong dari Hagi.

Gama menghela napas. Tak tahu saja anak itu, Gama yang pusing harus mencari donor darah dan trombosit, yang dibutuhkan Garin hampir setiap hari. Gama mengadakan acara donor lagi di perusahaan, berharap banyak pegawai yang mau mendonorkan.

EGO (Selesai) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu