HM || 01

561 28 2
                                    

******

“Mami!!” Jasmine mengedipkan mata sebelah kanannya dengan manja ke arah sang Ibu sebagai kode kalau dia menginginkan sesuatu sekarang. Itu adalah jurus andalannya Jasmine.

“Nggak usah bertele-tele, langsung intinya aja. Mami tahu kamu itu kek gimana orangnya,” ucap Audrey yang sudah paham akan tingkah putrinya.

“Hehehe, Mami emang yang terbaik deh pokoknya!” pujinya.

“Kamu mau apa?” tanya Audrey kemudian.

Jasmine mengedarkan pandangannya terlebih dahulu kesana-kemari, siapa tahu ada musuh yang melihatnya.

“Aku mau ke puncak,” ungkap Jasmine.

“Kepuncak? Ngapain? Itu jauh loh, Jasmine.” Audrey menatap penuh tanya ke arah anaknya.

“Jadi gini, Jessica itu ulang tahun terus orang tuanya ngerayainnya di puncak. Aku diundang, katanya harus datang nggak boleh sampai nggak, gitu.” Jasmine menjelaskan dengan suara pelan. Ekor matanya tak sengaja melihat beberapa orang yang datang dari arah pintu utama.

“Kok kamu doang yang diundang, Mami nggak gitu?”

“Mami juga ikut kata Tante Ussy,” jawab Jasmine.

“Yang benar?”

“Iyalah, Mami sama Tante Ussy ‘kan bestie-an. Masa Mami nggak diundang, nggak seru katanya tanpa Mami.”

“Kalau gitu kita pergi!” putus Audrey.

“Tapi Papinya gimana?” Jasmine khawatir, pasti laki-laki itu tidak akan memberikan izin dengan mudah untuk mereka bisa pergi jauh seperti itu.

“Kamu tenang aja, itu biar jadi urusan Mami, oke.” Jasmine mengangguk.

“Wah! Seru kayaknya, ngomongin apa? Abang ya?” Laki-laki yang 4 tahun lebih tua dari Jasmine langsung nimbrung dengan keduanya.

“Ngomongin you? For what?” Jasmine menatap laki-laki itu angkuh.

“Tahu kok, Abang emang ngangenin jadi kamu nggak usah gengsi gitu lah sama Abang. Kayak sama orang baru dikenal aja kamunya, Dek.” Tangan laki-laki itu mengacak rambut Jasmine yang terurai dengan indah tapi dengan cepat ditepis oleh sang adik.

“Idih apaan sih, Bang?”

“Gengsinya itu loh,” goda Jeno pada sang adik. 

“Minggir! Aku mau ke kamar dulu, soal tadi kita bicarain nanti ya, Mi.” Audrey mengacungkan jempolnya ke arah Jasmine.

“Kok buru-buru amat, Dek! Soal apa nih? Kalian sembunyiin sesuatu dari kita ‘kan?” Jeno menatap penuh tanya ke arah Audrey.

“Urusan perempuan nggak usah kepo!” Jeno merubah raut wajahnya jadi sedih setelah mendengar ucapan Audrey seperti itu.

“Loh, tadi kayaknya ada Jasmine terus kemana dia sekarang?” tanya Renald yang baru muncul bersama Hazim.

“Udah balik ke kamarnya,” jawab Jeno menatap ke arah laki-laki yang berada di samping Renald. “Duduk Haz.”

Laki-laki itu duduk disofa yang berada disebrang tempat duduk Jeno dan Audrey. Matanya sesekali menatap ke lantai atas dimana terdapat kamar Jasmine.

H A Z M I N E  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang