HM || 21

367 24 0
                                    

******

“Gimana keadaan Kak Haz, Bang?” tanya Jasmine.

“Dia baik-baik aja, tidak ada luka yang terlalu serius kata dokternya.”

Syukurlah kalau gitu, Bang.

“Tapi Jasmine, dokter tadi bilang kalau Hazim mengalami kebutaan karena kepalanya terbentur dengan keras. Dia hanya akan bisa lihat lagi kalau dioperasi,” jelas Jeno.

“Ya Allah,” lirih Jasmine.

“Haidar gimana keadaannya?”

“Alhamdulillah dia baik-baik aja, Bang. Walaupun belum sadar sampai sekarang, dokter masih mantau perkembangan dia selama beberapa jam kedepan untuk mengetahui dengan jelas keadaan dia,” jawab Jasmine.

“Abang cuman bisa doain yang terbaik buat dia, kamu juga harus selalu berdoa yang terbaik buat Haidar.”

Iya Bang, pendonor buat Kak Haz udah dapat?

“Belum, ini lagi dicariin sama keluarga dan pihak rumah sakit juga.”

Nanti aku juga bantu nyariin, aku bisa nanya sama temen-temen aku ntar.

“Kamu fokus aja buat kesembuhan Haidar, pernikahan kalian kan tinggal beberapa hari lagi.”

“Iya Sbang.”

Udah dulu ya, Abang mau jagain Hazim lagi di dalam. Tante sama Om udah tidur soalnya, bye!

Jasmine memutuskan sambungan telepon, matanya kembali melirik ke dalam ruang rawat Haidar. Laki-laki itu terbaring begitu lemah, Irma dan suaminya juga berbaring dengan posisi terduduk di samping tempat tidur Haidar.

“Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu mereka berdua,” gumam Jasmine berfikir keras.

“Pertama-tama aku harus mencari pendonor mata buat kak Haz tapi nyarinya dimana ya?”

“Sepertinya aku punya ide bagus,” ucap Jasmine lalu tersenyum.

***

“Dokter, aku boleh minta tolong nggak?” Pagi-pagi sekali Jasmine menghampiri seorang dokter untuk meminta bantuan padanya.

“Minta tolong apa, Jasmine.”

“Sini aku bisikin.” Jasmine berbisik sesuatu pada dokter Silvi. Dokter yang memeriksanya waktu lalu, dokter Silvi ternyata berkerja juga dirumah sakit ini.

“Apa kamu yakin, Jasmine. Kalau kamu melakukan itu kamu pasti sudah tahu konsekuensinya seperti apa bukan?”

“Aku yakin dok, lagian ini juga hal baik. Aku akan sangat bahagia jika berhasil menolong mereka,” jawab Jasmine.

“Tapi Jasmine....”

“Ayolah dok, ya, ya, ya.” Jasmine membujuk dokter Silvi.

“Baiklah Jasmine tapi saya tidak bisa janji kalau mereka akan selamat atau tidak, semua tergantung takdir tuhan mereka.”

“Makasih dokter,” ucap Jasmine.

“Sama-sama.”

“Aku mau balik ke kamar Haidar dulu, dadah dokter Silvi.”

“Perilaku kamu kekanakan Jasmine tapi pemikiran kamu begitu dewasa. Kamu selalu perduli dan lebih mengutamakan orang lain dari pada diri kamu sendiri, entah hal spesial apa yang Audrey tanamkan dalam diri kamu,” gumam dokter Silvi melihat Jasmine menjauh.

H A Z M I N E  [END]Where stories live. Discover now