HM || 17

231 23 0
                                    

******

“Aku benar-benar minta maaf sama Tante Khanza. Aku nggak punya maksud apapun untuk bohong sama Tante, ini semua rencananya Rama dan karena aku temen yang baik jadi aku bantuin dia.” Jasmine merasa bersalah pada Khanza karena masalah kemarin waktu ia berpura-pura jadi tunangan Rama.

“Sebenarnya Tante kecewa sama kamu, Tante padahal berharapnya kamu beneran tunangannya Rama soalnya Tante suka banget sama kamu, tapi ternyata cuman pura-pura demi bantuin Rama supaya tidak jadi Tante jodohkan dengan anak temen Tante.”

“Sekali lagi aku minta maaf ya tante Khanza, aku benar-benar nggak bermaksud jahat,” ucap Jasmine merasa bersalah.

“Nggak papa, Nak. Tante ngerti kok, kamu sama Rama udah temenan lama. Rama udah cerita juga kok sama Tante, kemarin dia ketemuin Tante sama Amira.” Jasmine merasa lega kalau Khanza tidak marah padanya.

“Ah, seneng dengernya aku, Tan. Aku juga mau minta maaf soal Rama yang dipukul waktu di mall itu,” kata Jasmine.

“Udah nggak usah dibahas, Rama juga udah baik-baik aja kok. Tante tahu, yang mukul Rama waktu itu cowok yang kamu suka kan? Rama udah cerita banyak sama Tante,” celetuk Khanza.

“Itu dulu sih Tante, sekarang nggak lagi,” balas Jasmine.

“Loh kenapa nggak lagi?”

“Aku sudah mencapai puncak tertinggi dalam cintaku dan puncak tertinggi dalam mencintai tidak selalu berakhir bersama karena fungsi hati bukan hanya untuk mencintai tapi untuk merelakan dan juga ikhlas melepaskan.” Jasmine tersenyum tulus.

“Terdengar aneh jika aku menyebut kata melepaskan bahkan menggenggamnya saja aku tidak pernah, ibarat epilog tanpa prolog, harus selesai sebelum dimulai.”

Khanza terdiam, sepertinya kisah cinta Jasmine begitu rumit. Dia harus ikhlas melepaskan seseorang bahkan belum sempat tergenggam.

“Tante nggak bisa bantu apa-apa, Nak. Tante cuman bisa berdoa yang terbaik buat kamu. Jangan pernah patah semangat, mungkin dia memang bukan jodoh kamu, mungkin saja Allah sedang mempersiapkan orang yang menurutnya terbaik buat kamu oleh karena itu dia mematahkan hati kamu setiap kali kamu jatuh cinta pada yang selain takdir kamu,” ucap Khanza.

“Aamiin ya Allah,” jawab Jasmine.

“Kapan-kapan kita jalan bareng yuk, sama Rama dan Amira juga, seru kayaknya tuh!” ajak Khanza.

“Boleh tuh, Tante kabarin aku aja kapan jalannya,” balas Jasmine.

“Kalau gitu Tante duluan ya, masih ada urusan lagi soalnya. Kita ketemu lain kali lagi ya,” pamit Khanza.

“Siap Tante, hati-hati dijalan ya.”

Khanza tersenyum kearah Jasmine sebelum keluar dari restoran itu. Jasmine sekarang tengah berada disebuah restoran mewah di Jakarta, tempat dimana ia membuat janji dengan tantenya Haidar kemarin. Hanya tantenya saja yang akan datang, laki-laki itu masih banyak urusan lain.

“Kok jadi degdegan ya,” gumam Jasmine.

“Jasmine,” panggil seseorang yang kini berjalan menghampiri tempat duduk Jasmine.

“Tante Irma,” sapa Jasmine.

“Ah, ternyata bener kamu. Tadi tante pikir salah orang, syukurnya nggak. Kamu udah lama?” tanya Irma.

“Lumayan sih Tante tapi nggak papa kok,” jawab Jasmine.

“Oke, jadi tujuan Tante mau ketemu kamu itu cuman mau kenal dekat aja. Tante sama sekali tidak akan pernah menghalangi atau tidak merestui pernikahan kamu dan Haidar. Siapapun yang menjadi pilihan anak itu saya akan dukung asalkan baik, saya lihat kamu ini anak baik-baik, jadi saya setuju aja kalau kamu nikah sama ponakan saya,” jelas Irma.

H A Z M I N E  [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu