HM || 04

315 29 0
                                    

******

Hazim menghembuskan nafas kasar secara berulang kali, ia tidak bisa tidur dengan tenang sekarang setelah mendengar ucapan Jeno tadi. Mengapa dirinya jadi tak karuan seperti itu setelah tahu kalau Jasmine hendak menjauh darinya, bukannya itu yang ia harapkan dari dulu. Perempuan itu hanya hadir sebagai penganggu di hidupnya.

“Kenapa juga gue harus peduli dengan perempuan manja itu,” monolog Hazim menatap langit-langit kamarnya.

Hazim mengusap wajahnya kasar, semakin ia berusaha untuk lupa akan ucapan Jeno tadi semakin membuat dirinya tidak tenang.

“Hai kak Haz!”

“Jangan cuek-cuek dong kak, nanti aku nggak suka lagi loh sama kakak!”

“Kak, tipe cewek idaman kakak itu kayak gimana sih?”

“Kayak aku nggak, kalau nggak biar aku bisa menyesuaikan diri, hehe.”

“Kak Haz itu cuek banget tapi aku tetap suka, hehehe.”

Laki-laki yang diajak bicara itu sama sekali tak merespon, seolah-olah Jasmine berbicara dengan pantung dibuatnya. Hal itu tidak membuat Jasmine pantang menyerah untuk mendapatkan hati laki-laki cuek itu. Jangan tanya sampai kapan? Nanti sampai ia lelah dan lupa kalau dia pernah menaruh rasa pada sahabat kakaknya tersebut.

“Kak Haz semangat kerjanya, aku orangnya suka jajan loh,” canda Jasmine.

“Kalau nanti kak Haz udah suka sama aku, bilang langsung aja ya. Jangan kode-kodean, aku lemot soalnya.”

Hazim masih mengingat dengan jelas bagaimana Jasmine berjuang untuk mendapatkan perhatiannya. Namun, tak sekalipun perjuangan perempuan itu ia hargai. Melihat ke arah Jasmine saja ia enggan apalagi berbicara dan menghargai perempuan itu.

“Maafkan saya, Jasmine.”

***

“Udah selesai belum, Mi?” tanya Jasmine. Hari ini ia akan berangkat ke puncak karena acara ulang tahun temannya akan diadakan nanti malam. Soal izin Renald, Jasmine sudah mendapatkannya. Dengan bujukan dan rayuan Audrey, akhirnya ia mendapatkan izin tersebut.

“Ini udah mau selesai kok,” sahut Audrey.

“Nggak usah banyak-banyak, Mi. Besok pagi juga aku balik loh,” ucap Jasmine.

“Nggak banyak kok, cuman baju, celana sana anaknya terus minyak telon sa—”

“Mami kok minyak telon sih, emang aku bayi apa?” tanya Jasmine tak terima.

“Siapa tahu kamu butuh,” jawab Audrey santai.

“Terserah Mami deh,” pasrah Jasmine.

“Kamu berangkatnya sendiri atau bareng sama temen-temen kamu?” tanya Audrey.

“Nanti dijemput sama Tasya kok, bentar lagi kayaknya. Aku telfon tadi udah mau otw.” Audrey mengangguk.

“Disana kamu jangan lupa sholat, jangan sampai telat makan. Pokoknya jaga kesehatan selalu, jangan sampai kamu sakit,” nasehat Audrey.

“Mami, aku disana cuman satu hari, besoknya udah balik lagi. Mami ngomong gitu udah kayak aku mau pergi lama aja, kata-katanya Mami simpan aja buat nanti kalau aku udah mau berangkat ke Amrik, oke.”

H A Z M I N E  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang