HM || 11

244 24 0
                                    

******

Kak Haz, kita ke sana yuk! Itu ada mas yang jual es krim, aku mau es krim, pinta Jasmine, matanya menatap binar penjual es krim yang berada disebrang jalan.

“Bentar dulu, Jasmine. Kamu nggak lihat banyak kendaraan yang lalu lalang itu,” tahan Hazim.

“Ayoklah kak, aku pengen banget makan es krim itu,” tunjuknya.

“Bentar, Jasmine. Gue tabok juga lama-lama nih anak, ngeyel banget. Gue masukin botol juga lama-lama luh ya,” gemas Hazim. Bocah SMP itu merasa gemas dengan anak SD yang berada di sampingnya sekarang.

“Kak Haz lama,” kata Jasmine yang lamgsung berlari menyebrang tanpa melihat kanan-kirinya.

“Jasmine!”

Tittt....

“Akhh!”

“Jasmine awas!!” Hazim melemparkan tas miliknya kesembarang arah lalu berlari menghampiri Jasmine yang berdiri ditengah jalan.

Hazim langsung menarik Jasmine agar berada dipinggir bersamanya. Tubuh Jasmine sudah bergetar ketakutan, suara klakson mobil itu masih tergiang ditelinganya.

“Kamu tuh ngeyel ya, dibilangin nggak nurut kalau tadi ketabrak gimana?” omel Hazim dengan nafas yang tak teratur, dia juga ketakutan melihat Jasmine berada di tengah jalan.

“Aku takut kak,” lirih Jasmine, ia memeluk Hazim yang sedang mengomelinya. Matanya sudah memerah karena menahan tangis.

Hazim merasa bersalah karena mengomeli anak itu padahal dia masih ketakutan karena tadi, perlahan tangan Hazim mengusap punggungnya agar tenang.

“Maafin kakak, kakak cuman khawatir lihat kamu kayak tadi. Gimana kalau sampai ketabrak, kakak harus bilang apa sama abang kamu nanti, mereka pasti salahin kakak yang nggak bisa jaga kamu. Maaf ya, udah nggak usah nangis lagi. Nanti kita beli es krimnya yang banyak, kakak yang traktir.”

“Bener ya?”

“Yeh, giliran es krim aja cepet luh! Bocah-bocah,” kesal Hazim.

“Biarin yang penting dapat es krim gratis,” ucap Jasmine tertawa.

“Bocah tengil, kurcaci kecil. Udah kecil, hidup, nyusahin lagi. Untung sayang,”  kata Hazim seraya mengusap dadanya.

“Yang penting dapat es krim!!”

Hazim menatap figuran dirinya yang terdapat Jasmine dan kedua kakaknya juga di situ. Dalam foto itu Jasmine terlihat menggemaskan dengan wajah bulat dan mata coklatnya, saat itu ia masih duduk dikelas empat SD.

“Lihatin aja terus, nyadarnya nanti aja kalau dia udah pergi sama yang lain,” celetuk Alda yang tiba-tiba muncul.

Hazim dengan cepat menyembunyikan foto tadi ketika mendengar suara Alda. Ia jadi gelagapan sendiri seperti orang yang baru dipergoki tengah mencuri sesuatu saja.

“Dimulut tidak padahal dihatinya iya? Aku pikir cuman cewek yang lain di mulut lain dihati tapi ternyata cowok juga ada yang seperti itu,” sindir Alda.

“Kak serius nih ya, Kak Hazim emangnya kenapa sih sampai nggak mau sama Jasmine? Dia kurang apa coba, baik iya, cantik apalagi, suka sama Kakak, berjuang buat Kakak, apa lagi yang kurang? Jangan sampai Kakak nyesal nantinya loh?”

Hazim diam, ia bingung harus mengatakan apa sekarang. Dihatinya memang iya tapi dimulutnya tidak.

“Kamu nggak perlu tahu,” katanya pada Alda.

H A Z M I N E  [END]Where stories live. Discover now