HM || 08

257 29 0
                                    

******

“Gimana keadaan kamu sekarang?” tanya Hesti, sekarang ia tengah berada di kamar Jasmine. Setelah mendengar cerita Erna tadi pagi, ia merasa sangat khawatir dengan Jasmine.

“Alhamdulillah udah mendingan, Tante. Makasih ya udah mau jenguk aku,” ucap Jasmine.

Hesti tersenyum. “Tante bawain makanan kesukaan kamu, dimakan ya. Tante masaknya pake kasih sayang buat calon mantu,” imbuhnya.

Wajah Jasmine langsung berubah. Ia berusaha untuk tidak lagi merasa senang jika Hesti menyebutnya calon menantu, itu hanya akan membuat dirinya semakin berharap dan sulit untuk lupa.

“Makasih banyak Tante, ngerepotin Tante jadinya,” ucap Jasmine merasa tidak enak.

“Nggak ngerepotin kok, buat calon mantu apa sih yang nggak,” goda Hesti.

“Uhuk!!”

Jasmine dan Hesti menoleh ke arah pintu, disana ada Hazim, Jevan dan juga Jeno yang tengah berdiri. Hazim tiba-tiba saja terbatuk ketika mendengar bundanya menyebut Jasmine sebagai calon menantu.

“Tante, boleh nggak kalau calon menantunya dihilangin aja, soalnya itu adalah hal yang mustahil terjadi,” pinta Jasmine pada Hesti, ia sengaja meminta ini didepan Hazim langsung supaya dia tahu, kalau Jasmine sudah tidak mengharapkannya lagi agar dia tidak perlu merasa terganggu dengan Jasmine.

“Loh kenapa? Bukannya kamu itu suka sama Hazim ya?” Pertanyaan Hesti benar-benar membuat Jasmine tak bisa berkata-kata lagi.

“Itu dulu Tante, sekarang nggak lagi.” Jasmine menjawab dengan tegas walaupun dalam hatinya terdapat sedikit keraguan.

“Yah sayang banget dong, Tante berharapnya kamu yang jadi menantu Tante loh, Jasmine. Lagian kenapa bisa berubah sih, dulu kamu suka banget sama Hazim setahu Tante?”

“Aku yang salah Tante, seharusnya aku menyimpan orang yang aku sukai itu dalam doa bukan dalam hati karena hati sifatnya bisa berubah sedangkan doa akan tercatat dilangit selamanya. Semuanya bisa berubah, entah itu sifat orang yang kita sukai atau perasaan kita untuknya dan nyatanya yang duluan berubah itu rasa aku bukan sifat dia.” Jasmine tersenyum tulus menatap Hesti yang duduk di depannya.

Kedua tangannya menggenggam tangan Hesti. “Tante tidak perlu menganggap aku sebagai calon menantu lagi tapi Tante bisa anggap aku sebagai anak Tante, aku akan tetap menyayangi Tante sama kayak Mami aku. Nggak akan berubah kok.”

“Tapi Jasmine,” sela Hesti.

“Aku sayang sama Tante,” kata Jasmine yang langsung memeluk Hesti erat. Dalam hatinya Jasmine ingin menangis tapi ia tahan.

“Serasa nonton drakor sedih gue,” celetuk Jeno yang masih berdiri di pintu.

“Abang ganggu aja deh,” sinis Jasmine setelah melepaskan pelukannya pada Hesti.

“Abang yang mana nih? Bang Jevan, bang Jeno atau bang Hazim?” tanya Jevan menimpali.

“Semuanya! Kalian semua ganggu tahu nggak!” kesal Jasmine.

“Saya cuman diam aja dari tadi loh, Jasmine. Kenapa saya juga ikut terseret?” tanya Hazim membuka suara.

“Nggak tahu,” sahut Jasmine.

“JASMINE IM COOMING!!” Suara itu terdengar melengking membuat tiga laki-laki yang berdiri di ambang tadi langsung menyingkir sambil menutup telinga mereka masing-masing.

“Jessica is here!”

“Tasya yang cantiknya paripurna datang.”

“Hai Jasmine!” sapa Farah yang pembawaan memang kalem.

H A Z M I N E  [END]Where stories live. Discover now