HM || 07

258 29 0
                                    

*****

“Erna!” panggil Hesti ketika melihat Erna yang sedang membersihkan halaman rumah, dia juga menyiram bunga yang biasa disiram oleh Jasmine beberapa hari lalu.

“Iya bu Hesti, ada apa ya?” tanya Erna sopan pada Hesti.

“Kok belakangan ini saya jarang lihat Jasmine keluar rumah ya atau dia udah berangkat keluar negeri?” tanya Hesti penasaran, hari ini adalah hari dimana seharusnya Jasmine keluar negeri tapi karena dibatalkan jadinya gitu deh.

“Oh itu bu, non Jasmine nggak jadi keluar negeri, dilarang sama bapak dan den Jevan jadinya dia lanjut di sini aja deh,” jawab Erna.

“Gitu ya, terus Jasmine kemana sekarang? Nggak pernah saya lihat lagi belakangan ini?”

“Non Jasmine ada kok dirumah, dia emang jarang keluar akhir-akhir ini karena kakinya belum benar-benar sembuh, dia cuman dikamar doang.” Hesti manggut-manggut.

“Loh, kakinya kenapa emangnya? Perasaan kaki Jasmine baik-baik aja,” ucap Hesti.

“Itu Bu, tiga hari lalu ada insiden kecil. Kakinya non Jasmine itu kena pecahan kaca jendelanya jadi dia belum bisa jalan dulu karena lukanya masih belum sembuh bener,” jelas Erna.

“Kok bisa sampai kena pecahan kaca jendela, emang Jasmine ngapain sampai kena pecahan kaca?”

“Non Jasmine kecewa sama bapak yang tiba-tiba batalin jadwalnya berangkat ke Amerika hari ini, dia berusaha melukai dirinya sendiri. Jendela kamarnya pecah karena ia lempar pakai ponselnya terus kakinya kena pecahan kaca deh jadi luka,” jelas Erna lagi.

“Ya Allah, Jasmine. Kok sampai segitunya sih, Nak? Saya ikut sedih dengernya, pasti Audrey sedih banget lihat anaknya sekarang.”

“Yang paling sedih itu Bapak, Bu. Dia merasa gagal untuk membahagiakan Jasmine, dia merasa gagal untuk menjadi ayah yang baik untuknya. Pas malam kejadian itu, non Jasmine nggak mau ngomong sama bapak, itu semakin membuatnya sedih dan merasa bersalah tapi alhamdulillah sekarang udah baikan sama non Jasmine.” Erna bercerita panjang lebar.

“Alhamdulillah deh kalau mereka udah baikan lagi, saya lega dengernya.” Hesti merasa lega.

“Iya Bu, kalau gitu saya ke dalam dulu. Takutnya non Jasmine butuh sesuatu, tangan kirinya juga terluka, dia gores pakai pecahan kaca juga. Untungnya urat nadinya nggak putus,” kata Erna.

“Tangannya juga?”

“Iya Bu.”

“Ya Allah,” gumam Hesti.

“Untung pintunya cepat bapak dobrak kalau nggak, mungkin dia udah loncat di jendela soalnya posisi dia waktu itu deket jendela.”

“Astaghfirullah!”

“Saya permisi ke dalam dulu Bu,” pamit Erna.

“Iya.”

***

“Lihat nih, Abang bawain sesuatu buat kamu,” celetuk Jevan yang baru muncul diambang pintu kamar sang adik. Dia membawa sesuatu ditangan kanan dan kirinya, itu adalah sesuatu yang disukai oleh Jasmine.

Tak ada respon sama sekali, Jasmine hanya menatap keluar jendela tanpa beralih ke Jevan.

“Kok diam aja, Dek?” tanya Jevan heran melihat Jasmine hanya diam saja, tidak seperti biasanya. Biasanya Jasmine yang paling heboh kalau Jevan pulang dari luar negeri.

“Ini Abang bawain pesenan kamu loh,” kata Jevan.

“Abang keluar dari kamar aku,” usir Jasmine yang bersuara. Jevan kaget, ia baru pertama kalinya melihat Jasmine seperti ini.

H A Z M I N E  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang