HM || 03

309 30 0
                                    

******

“Jasmine!” Jasmine yang baru keluar dari pagar rumahnya Hesti kini berbalik setelah mendengar suara seseorang yang berada di belakangnya.

“Eh, Kak Ayu,” sapa Jasmine sopan.

“Kamu abis dari rumah Tante Hesti?” tanya Ayu basa-basi.

Yaiyalah pake tanya lagi?’ batin Jasmine.

“Jasmine,” panggil Ayu menyadarkan perempuan itu karena dia hanya diam saja.

“Ah, iya Kak. Aku tadi ketemu sama Tante Hesti,” jawab Jasmine setelah tersadar. “Kakak pasti mau ketemu sama Tante Hesti ‘kan?” tanya Jasmine.

“Iya nih, tadi Hazim telfon aku suruh ke sini buat nemenin Tante Hesti,” jelasnya sambil tersenyum ke arah Jasmine. Tentu Jasmine tahu kalau itu adalah senyum ejekan untuknya. Dia seolah mengatakan kalau dirinya adalah orang penting untuk Hazim dan ibunya.

“Langsung masuk aja Kak, aku juga udah mau pulang kok.” Ayu langsung masuk begitu saja tanpa menjawab ucapan Jasmine barusan.

“Dih, sok iye banget tuh orang. Tante Hesti juga pasti lebih milih aku buat jadi menantunya,” ketus Jasmine menatap sinis Ayu yang sudah masuk ke dalam rumahnya Hesti.

***

“Papi udah urus pendaftaran kuliah kamu sama tempat tinggalnya juga. Minggu depan kamu harus berangkat, tiketnya sudah Papi belikan dan kamu terima beresnya saja,” jelas Renald.

Jasmine yang mendengar itu tersenyum senang, itu berarti Jevan belum mengatakan pada Renald untuk membatalkan rencana kuliah Jasmine diluar negeri.

“Terima kasih, Papi. Aku sayang banget sama Papi tahu, nggak?” Jasmine memeluk tubuh sang ayah begitu eratnya.

“Sama-sama sayang,” balas Renald sembari mengelus punggung anak perempuannya.

“Bang Jevan tadi telfon Papi nggak?” tanya Jasmine penasaran.

“Ada tadi, kenapa emangnya?”

“Dia ngomong apa aja sama Papi?” Renald melepaskan pelukan putri lalu menatap penuh tanya ke arah anak itu.

“Kalian nggak lagi nyembunyiin sesuatu dari Papi ‘kan?” Jasmine menggeleng sebagai jawaban.

“Kalian nggak berantem?”

“Ya nggaklah, Pi. Masa iya aku berantem sama Bang Jevan, kualat aku nantinya berantem sama yang lebih tua,” jawab Jasmine.

“Bagus kalau gitu, anak-anak Papi nggak boleh berantem satu sama lain. Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik jangan pake emosi,” nasehat Renald.

“Baik Pi!”

“Papi mau ke kamar dulu, mau bikinin Adek buat kamu,” ucap Renald bercanda tapi dibalas tatapan tajam oleh Jasmine.

“Jangan sampai ada yang berani geser posisi aku sebagai anak bungsu, orang itu akan menyesal nantinya,” ancam Jasmine serius.

“Kalau Adeknya jadi gimana dong?”

“Aku buang, awas aja ya!” Renald tertawa melihat respon anaknya. Ia hanya bercanda, mengurus mereka bertiga saja sudah hampir membuat gila apalagi ditambah lagi. Diantara ketiga anaknya, hanya Jevan yang paling waras. Jeno dan Jasmine memiliki kepribadian yang berbanding terbalik, jika keduanya bersama pasti ada saja kelakuan mereka. Jeno yang jahil sedangkan Jasmine yang tidak suka diganggu.

H A Z M I N E  [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora