1Q: Namaku Reika

8.1K 296 42
                                    

1Q

Namaku Reika

*****

Aku menarik napasku perlahan, berusaha untuk menghilangkan rasa gugup ini. Di depanku berdirilah gedung sekolah yang besar dengan halaman depan yang luas. Tanganku terkepal di dadaku yang berdebar. Bisakah aku menjalani kehidupan normal di sekolah baruku? Bisakah aku meraih prestasi disini?

"Reika, ayo masuk," seorang guru melambai padaku. Dia sudah berdiri di dalam halaman.

Aku yang sedari tadi mematung di depan gerbang karena mengagumi sekolah ini, melangkahkan kakiku masuk. Untuk kesekian kalinya aku berusaha menghilangkan rasa gugupku. Namun, semuanya terasa sia-sia. Tanganku dingin, jantungku berdebar, pikiranku melayang kemana-mana. Apa mungkin aku bisa beradaptasi dengan cepat di sekolah ini? Semoga saja.

Aku mengikuti guru – yang sudah kutahui namanya adalah Katrina – memasuki gedung sekolah baru yang akan kutempati untuk dua tahun terakhir ini, Florenssco High School, sekolah yang dipenuhi siswa elit dan berprestasi. Fasilitas di tempat ini – katanya – sangat lengkap. Kantinnya menjual berbagai jenis makanan lezat, toiletnya bersih, perpustakaannya megah, laboratorium tersedia layaknya di lab para ilmuan, halaman terdiri dari halaman depan, tengah, dan belakang yang luas, memiliki asrama yang tak kalah mewahnya, serta gedung olahraga juga tersedia. Di FHS (Florenssco High School) terdapat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, serta Sekolah Menengah Terakhir. Jadi, jangan heran jika sekolah ini memiliki dua gedung lainnya di sisi kiri dan kanan. Selain luas, sekolah ini juga bertingkat tiga. Kudengar setiap tingkatan kelas memiliki 10 ruangan ditambah lagi beberapa ruangan lainnya seperti ruangan guru dan klub.

Satu kata yang hanya bisa kuucapkan ...

Wow ...

Aku mengikuti Miss Katrina memasuki gedung FHS. Koridor luas yang dicat krim elegan menyambutku. Sedikit melakukan tour, Miss Katrina menjelaskan sedikit tentang sekolah ini. Kelas 1 berada di lantai bawah, kelas 2 di lantai dua, serta kelas 3 yang sudah bisa ditebak di lantai paling atas. Atap gedung ini bisa dijadikan tempat bersantai karena luas. Aku yakin tempat itu menjadi favorit para siswa jika matahari tidak terik seperti sekarang, di musim panas ini. Setelah menaiki tangga dan berbelok ke kanan beberapa langkah, Miss Katrina berhenti di depan kelas yang bertuliskan 2-B. Jadi, ini kelasku, huh?

Miss Katrina masuk, berbicara dengan guru yang mengajar. Guru pria memakai kacamata yang menjadi lawan bicaranya melongokkan kepala untuk melihatku yang di luar kelas. Entah apa yang dibicarakannya, Miss Katrina melangkah keluar, "Masuk dan perkenalkan dirimu," ujarnya tersenyum sembari menepuk sebelah bahuku.

Aku mengangguk. Aku menyakinkan diriku semuanya akan baik-baik saja, meneguk ludah sekali kemudian melangkah masuk. Riuh rendah di kelas ini segera terhenti. Yang membuatku sedikit kecewa adalah, mereka sama sekali tak menganggapku ada dan malah kembali ribut. Bahkan guru yang mengajar inipun tak begitu memperdulikanku. Dia asik sendiri dengan laptopnya.

"H–Hai, semuanya," sapaku gugup.

Sekali lagi aku merasa kecewa. Para siswa di kelas ini tak ada yang menatapku – tidak setelah aku menemukan seorang siswa menatap ke arahku tanpa ekspresi. Setidaknya ... Setidaknya satu orang yang menyadari keberadaanku sekarang.

"A-Ano ... perkenalkan, namaku Reika Shokora. Aku pindahan dari Berghills. Dan um ... salam kenal dan mohon bimbingannya!" seruku seraya membungkuk dalam.

Perasaanku saja atau memang kelas ini semakin lama semakin ribut? Awalnya aku berpikir, mereka mungkin tak senang ada murid baru. Namun, setelah kusadari tidak begitu. Jika mereka menyadariku walaupun tidak senang, mereka pasti memperhatikanku setidaknya mencela. Tapi ini tidak. Aku seolah ...

Me And The Baby Blue BoyWhere stories live. Discover now