15Q: Aku... Menyukaimu

1.3K 119 6
                                    

15Q

Aku... Menyukaimu

*****

"Akhirnya! Kita di pantai!"

Tsuki berteriak sembari mengangkat tangan. Kami juga berteriak menghadap ke laut. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut kami, gelombang laut bergulung-gulung perlahan, matahari seolah tersenyum dengan cuaca tidak begitu panas.

Ah! Pantai. Hari ini cerah sekali!

Priiittt!

Aika-senpai membunyikan peluitnya kemudian bertepuk tangan keras-keras, "Ayo, semuanya! Kita latihan dulu hari ini!"

"Apa?!" serempak para anggota basket bersuara.

"Ini masih jam tujuh pagi. Masih ada dua jam sebelum bersenang-senang, kan?" kata Aika-senpai membuat para anggota tersenyum lebar.

Para pemuda itu bersemangat untuk latihan. Mereka melakukan pemanasan --- aku juga ikut di belakang barisan --- kemudian berlari bolak-balik di tepi pantai ini. Aku kini bersama Tsuki, berada tak jauh dari Aika-senpai yang sedang meniup peluit untuk menghiringi hitungan. Aku memperhatikan mereka sejenak sebelum memutuskan bicara pada Tsuki.

"Ngomong-ngomong, Tsuki, bukannya kemarin Aika-senpai bilang akan latihan tiga hari dulu baru bersenang-senang?" tanyaku sukses membuat Tsuki terkejut.

"K---Kau sejak kapan ada di sampingku, Shoko-chan?" tanya Tsuki gugup.

Aku sweat drop sembari tertawa aneh, "Ahaha... sedari tadi."

"Ternyata aku masih tipis, ya?" kataku dalam hati.

"Maafkan aku," Tsuki tersenyum gugup kemudian berkata, "Aika-senpai mengganti rencananya. Alangkah baiknya bila selesai latihan kita bersenang-senang, kan?"

"Hm ... begitu, ya?" gumamku lalu melihat para pemuda itu yang masih berlari, "Aika-senpai sungguh menakjubkan. Dia pelatih yang hebat, ya?"

"Ya, begitulah. Dia pelatih terbaik yang kita miliki."

"Ngomong-ngomong, apa Aika-senpai jadi pelatih sejak kelas satu?"

Tsuki mengangguk, "Iya. Sebenarnya Aika-senpai menjadi pelatih untuk menggantikan pelatih basket FHS yang lama. Tapi karena kecelakaan dulu, sampai sekarang, dia tidak bisa melatih lagi. Dia pergi keluar negeri setengah tahun yang lalu."

Aku mengangguk mengerti, "Lalu, jika Aika-senpai sudah selesai sekolah, siapa yang akan menggantikannya?"

Tsuki menepuk belakangku, "Tentu saja kau."

Aku menatapnya sweat drop, "Aku tidak cocok jadi pelatih. Manager saja aku tidak profersional."

Tsuki tersenyum manis, "Karena kau belum terbiasa."

"Tsuki-chan!" Aika-senpai memanggil dari kejauhan.

"Ya, Senpai?" Tsuki juga berteriak.

"Kau mau ikut lari tidak?!"

"Tidak! Merepotkan! Reika-chan yang mau!"

"Eh? Apa?" tanyaku bengong.

"Ah! Reika-chan! Kau mau lari?! Temani aku! Hoi! Tunggu! Jangan tinggalkan pelatih kalian!" Aika-senpai berteriak ke arah para pemuda yang mulai menjauh. Dia segera berlari untuk mengejar mereka.

Aku menyerahkan bola basket yang kupegang sedari tadi pada Tsuki, "Tolong pegangkan ini. Yosh. Aku mau ikut lari."

"Eh?! Chotto, Shoko-cha---waa! Cepat sekali kau berlari!"

Me And The Baby Blue BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora