8Q: Biar Aku yang Menyeretnya

1.4K 152 3
                                    

8Q

Biar Aku yang Menyeretnya

*****

Terdengar bunyi pintu diketuk pelan beberapa kali sebelum kulihat dari cermin kepala seorang gadis menyembul untuk melihat ke dalam kamarku. Aku yang sedang menguncir rambutku segera menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Reina?" tanyaku sembari mengikat dengan simpul terakhir di rambutku.

"Kau mau kemana? Kegiatan klub lagi?" tanya Reina mengembungkan pipinya.

Aku terkekeh kemudian menyandang tas di bahu, "Ya. Memangnya kenapa?"

Dia mendengus, "Sebenarnya aku mau kau menemaniku untuk ke rumah temanku. Dia punya kakak laki-laki yang tampan," Reina tersenyum menggoda yang kubalas dengan mendengus. Kemudian dia menghela napas dan dahinya berkerut, "Lagi pula, ini masih jam delapan pagi. Terlalu awal untuk kegiatan klub. Kau tidak ada kerjaan, kan, selain mengamati para pemuda itu berlatih? Atau ... kau suka memeperhatikan tubuh mereka diam-diam---"

"Bukan begitu," selaku cepat. Kurasa wajahku sedikit memerah, "Bu---Bukan begitu. Aku juga harus memberikan air minum, merapikan lapangan setelah selesai, menghitung anggaran, dan banyak lagi."

Ya. Kira-kira seperti itulah pekerjaanku. Aku tidak mengamati tubuh mereka yang sempurna itu ... oh ... jangan bilang wajahku memerah ketika aku mengingat kembali bagaimana cara Seiji melepas pakaiannya kemarin. Atau saat Ryo menyeka keringat. Atau ketika Shun melakukan pemanasan. Atau Aoki yang sedang push up. Atau Akira yang mengikat rambutnya sehingga dia terlihat seksi sekali. Atau Digo membasai rambutnya dengan air.

"Dasar gadis mesum," Reina mendengus membuatku tersadar dari flashback-ku.

Aku menggeleng cepat yang masih dengan wajah merona, "Tidak! Tidak! Sudahlah. Aku mau pergi dulu."

Aku segera keluar dan berusaha menghiraukan Reina yang jadi menggodaku. Aku keluar rumah setelah bermaitan pada Mom dan segera menuju lift. Aku melihat jam tangan yang melingkar di tangan kiriku sudah menunjukkan pukul 08.32 pagi. Masih ada waktu untuk sampai ke sekolah sebelum pukul sembilan tepat. Aku keluar dari apartemen kemudian berjalan melewati beberapa toko dan taman sebelum menemukan taksi dan menaikinya.

Kau pikir hari Minggu sekolah akan sepi? Tidak untuk sekolahku ini. Beberapa ruangan klub terbuka dan Klub Volly sedang bermain di lapangan mereka. Anggota Klub Baseball juga berlari-lari dan bahkan Klub Seni sibuk membawa peralatan mengambar serta kanvas besar. Aku melangkah ke bangunan Klub Basket yang ternyata sudah ada Aika-senpai dan beberapa anggota yang lain. Aku menghampiri Aika-senpai yang serius memperhatikan sebuah data yang dipegangnya.

"Ohayou, Aika-senpai," sapaku yang sukses membuat Aika-senpai berteriak karena terkejut. Suaranya bergema seketika.

"Reika-chan!" tegurnya segera berdiri, "Bisakah kau tidak mengejutkanku?"

Aku mengangkat bahu sembari tersenyum, "Maaf. Lagipula, aku sudah mengamati Aika-senpai lima menit yang lalu."

"Benarkah?" Aika-senpai mengerjap beberapa kali, "Kamu memang aneh. Seperti Kuroko-kun saja."

"Ha?" Aku mengangkat sebelah alis.

"Ya, Kuroko-kun," Aika-senpai berkacak pinggang, "Kalian sama-sama punya hawa keberadaan yang tipis."

Aku mengangkat bahu tak peduli, "Aku tak tahu harus merespon apa."

Aika-senpai tertawa kemudian memberikan data itu padaku, "Ngomong-ngomong, kita akan memilih sepuluh orang yang akan ikut pertandingan. Bedasarkan data ini, aku sudah menentukannya."

Me And The Baby Blue BoyOnde histórias criam vida. Descubra agora