10Q: Bayangan Bersama Bayangan

1.6K 149 8
                                    

10Q

Bayangan Bersama Bayangan

*****

Aku melihat jam dari ponselku yang sekarang menunjukkan pukul 05.20 p.m. Setidaknya aku masih ada waktu beberapa puluh menit lagi sebelum makan malam. Bola basket yang sedari tadi kupeluk segera kupantulkan begitu meletakkan ponsel di kursi cadangan. Aku tersenyum sembari mempersiapkan diri untuk memasukkan bola ke ring dari jarak 3 poin. Aku memantulkan bola lagi kemudian melemparnya dan plop! bola itu masuk.

Sakit di kakiku karena insiden di tangga berkat ulah Pangeran Sekolah beberapa minggu lalu sudah mulai menghilang. Setidaknya aku bisa berlari beberapa meter dan melompat seperti biasanya --- walaupun terkadang aku merasakan kakiku berdenyut sakit.

Aku meraih bola dan mulai berlatih lagi. Seperti biasa aku kembali latihan basket sepulang dari kegiatan ekskul karena izin dari ibuku juga sebenarnya. Mom masih mengkhawatirkanku, namun dengan bujukkan dan berbagai macam alasan, akhirnya aku diperbolehkan latihan basket sebelum makan malam tiba.

Ketika aku hendak memasukkan bola ke ring untuk kedua kalinya, aku merasakan hawa keberadaan seseorang dan aku segera menoleh cepat ke arah pintu masuk. Aku sedikit terkejut begitu Kuroko berjalan masuk dengan ekspresi datarnya. Aku hanya diam, memperhatikan pemuda itu celingak-celinguk di sekitar sebuah bangku cadangan.

"Mencari sesuatu?" tanyaku dengan suara bergema karena bangunan ini.

Dia menatapku lalu mengangguk sekali, "Aku kehilangan wristband-ku."

Aku menaikkan sebelah alis sebelum menghampirinya atau lebih tepatnya juga ikut celingak-celinguk sepertinya tadi.

"Dimana terakhir kali kau meletakkannya?" tanyaku.

"Seingatku di bangku cadangan ini," jawabnya datar.

"Mau kubantu mencari?" aku menawarkan diri.

Kuroko mengangguk sekali, "Kalau kau tidak keberatan."

Aku menggeleng sembari tersenyum, "Sama sekali tidak."

Aku meletakkan bola basket yang sedari tadi kupegang ke atas bangku cadangan. Aku menunduk, mengedarkan pandangan ke bawah bangku cadangan ini namun tak menemukan apapun. Aku mendongkak untuk melihat Kuroko yang juga menunduk di bangku cadangan lainnya dan sudah bisa ditebak dia tak mendapatkan apapun.

"Oh, ya. Ini hari Kamis, kan," aku bersuara dan Kuroko menoleh. Aku segera meraih tasku dan mengambil sebuah buku absen di dalamnya, "Etto ...," gumamku sembari mengamati buku ini, "yang piket hari ini ada Ayashi, Darren, Shane, Austin, dan juga Seiji. Ah. Mungkin salah satu dari mereka ada yang melihatnya. Aku akan menghubungi mereka."

"Aku tidak mau merepotkanmu, Reika-san," ujar Kuroko membuat tanganku terhenti untuk mencari kontak nama Austin.

Aku tersenyum, "Sama sekali tidak. Lagipula, wristband punyamu itu sangat berarti, kan? Aku tahu itu karena kau selalu memakainya."

Kuroko tertegun karena ucapanku tadi. Daripada menunggu reaksi yang tak berarti darinya, aku kembali mencari kontak Austin dan menghubunginya.

Aku sudah menelepon Austin, Ayashi, juga Darren. Tak ada satupun dari mereka yang mengetahui atau terbawa wristband itu. Sekarang aku menunggu jawaban dari kontak Seiji.

"Konbanwa, Shokora," suara Seiji di seberang sana terdengar.

"Konbanwa, Seiji. Etto ... boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja. Silahkan."

Aku menarik napas sebelum menghembuskannya perlahan. Kurasa bertanya hal seperti ini pada seorang Seiji sangatlah tidak sopan.

Me And The Baby Blue BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang