14Q: Pesta Barbeque?!

1.4K 124 4
                                    

14Q

Pesta Barbeque?!

*****

Keesokan harinya aku bangun paling awal. Setelah aku mandi dan berpakaian, Aika-senpai tidak ada di kamar sedangkan Tsuki masih tidur. Aku segera keluar kamar dan berpapasan dengan Kuroko. Entah kenapa sejak kemarin malam aku tidak bicara lagi. Begitu dia lewat, aku hanya tersenyum tipis dan dia menangguk sekali sebagai ucapan selamat pagi darinya.

Sungguh. Ucapan waktu itu membuatku kecewa. Tapi apa yang sebenarnya yang kuharapkan?

Aku keluar penginapan dan melihat Aika-senpai bersama Jun-senpai sendang merentangkan tangan. Kurasa mereka melalukan pemanasan. Aku segera menghampiri mereka sembari berkata, "Selamat pagi, Senpai." dengan senyuman.

"Ohayou, Reika," Jun-senpai tersenyum.

"Ohayou, Reika-chan. Kau sudah mandi, ya?" kata Aika-senpai.

"Ya, begitulah," jawabku masih mempertahankan senyuman.

Aika-senpai melihat jam tangannya, "Masih pukul enam. Kita akan sarapan pukul delapan. Kau mau ikut pemanasan, Reika-chan?"

Artinya aku akan berkeringat?

"Tidak, Senpai. Aku hanya mau menghirup udara segar," kataku.

"Baiklah. Nah, Jun, ayo kita lanjutkan," Aika-senpai kembali merentangkan tangan sembari berhitung.

"Oh, ya. Kenapa hanya kalian berdua saja, Senpai? Anggota yang lain kemana?"

"Mereka masih tidur," Aika-senpai memasang wajah malas kemudian tersenyum ketika menatapku, "Reika-chan. Kau mau tidak membangunkan mereka? Kalau semuanya sudah bangun, kita akan senam pagi bersama di sini."

"Aku?" aku menunjuk diriku sendiri.

"Bagaimana kalau kau berlatih menjadi Pelatih? Terkadang menyenangkan saat berteriak memberi semangat sembari bertepuk tangan serta meniup peluit," ujar Aika-senpai lalu merogoh sakunya, "Pakai ini dan bangunkan mereka. Kaho-chan bilang tidak masalah membuat keributan karena tempat kita cukup jauh dari penginapan utama."

Aika-senpai melempar sesuatu dan berhasil kutangkap. Ternyata dia melempar sebuah peluit padaku.

"Eh? Kenapa ini?" tanyaku bingung.

"Pergilah ke kamar para anggota dan bangunkanlah mereka."

"Tapi---"

"Cobalah, Reika-chan. Jadilah Manager yang tegas."

Ugh... jadi aku harus membangunkan mereka dengan cara berteriak, begitu? Menjadi Manager yang tegas, huh? Aku akui aku memang tidak tegas. Kurasa menjadi tegas itu sulit. Jika aku harus berteriak membangunkan mereka dengan penuh semangat, berarti aku harus membangunkan sang Kapten juga? Tidak. Tidak! Itu memalukan!

"Tapi, Aika-senpai---"

"Reika-chan. Coba saja," Aika-senpai menatapku dengan penuh kepercayaan.

Aku menatap peluit di tanganku kemudian menelan ludah. Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Aku gugup, tentu saja.

Huft... baiklah. Saatnya menjadi tegas. Aku bisa tegas hanya pada situasi tertentu saja. Tapi kali ini aku akan mencoba.

"Yosh. Aku akan berusaha," kataku berusaha serius lalu mengalungkan peluit di leher.

"Berjuanglah," kata Aika-senpai sedangkan Jun-senpai tersenyum padaku.

Aku segera meninggalkan mereka dan kembali masuk ke penginapan. Sebelum membangunkan para anggota, alangkah baiknya aku membangunkan Tsuki terlebih dahulu. Begitu aku masuk ke kamar, aku tidak melihat Tsuki dan mendengar suara kran dari kamar mandi. Kurasa gadis berambut merah muda itu ada di dalam sana. Setelah dari kamar, aku ke kamar para anggota. Aku tiba di depan pintu pertama dan rasanya gugup.

Me And The Baby Blue BoyWhere stories live. Discover now