Extra Game: Maafkan Aku

1.6K 113 17
                                    

Extra Game

Maafkan Aku

*****

Suhu di kota ini sudah mulai menghangat, setidaknya aku tidak menggigil kemarin setiap pergi ke sekolah. Awal semester dimulai tiga minggu yang lalu. Semester baru, tahun baru, namun musim belum baru. Mungkin awal Februari nanti akan datangnya musim baru, yaitu musim semi.

Aku menggosok tanganku, meniupkan udara hangat yang berasal dari mulut. Sungguh, aku kedinginan ditambah lagi kondisiku saat ini tidak baik. Kemarin aku sempat terkena demam dan sekarang masih tersisa rasa pusing di kepala.

Tiba-tiba tangan kiriku ditarik oleh orang di sampingku. Dia menyelipkan jari-jarinya diantara jari-jariku, membuatku terkesiap. Senyuman tipis terbit di wajah namun kerutan di dahinya membuatku yakin bahwa dia khawatir padaku.

"Kau yakin baik-baik saja, Reika?" tanyanya dengan suara khasnya.

Mata biru indah itu menatapku intens, membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Kehangatan di pipiku yang muncul mampu menghilangkan rasa sejuk ini.

Aku membalas senyumannya, mengeratkan genggamanku padanya, "Aku baik-baik saja, Kuroko."

Kuroko Aoba, seorang lelaki yang berhasil membuatku berhasil lari dari perasaanku pada cinta pertamaku, juga orang yang membuatku jatuh hati padanya. Sudah tiga bulan kami mejadi sepasang kekasih tanpa adanya perselisihan sedikitpun. Walaupun masih terkesan sebagai pasangan yang baru, Kuroko sudah menganggapnya serius. Bahkan dia sudah menyakinkan kedua orang tuaku. Sejak saat itulah dia sering berkunjung ke rumahku, begitu juga denganku. Terkadang juga orang tua kami saling berkunjung hingga saling mengenal lebih dalam latar belakang keluarga. Ya, dalam tiga bulan ini banyak hal yang terjadi. Dan aku bahagia.

"Jika sudah menikah nanti, setiap berjalan denganmu, aku akan memeluk pinggulmu."

Blush!

A-A-Apa katanya tadi?!

"J-Jangan berbicara hal yang tidak-tidak!" malunya aku! Dia dengan santainya berkata seperti itu sedangkan jantungku berdebar luar biasa!

Kuroko menghentikan langkah begitu juga aku. Tatapan serius segera terpampang tepat di depanku, "Aku serius, Reika. Kau mau, kan, menikah denganku?"

Aku menunduk dengan wajah merona merah, "B-Bicara hal seperti itu lagi! T-T-Tentu saja... a-aku mau menikah denganmu."

Hening seketika. Aku hanya diam dan mendengarkan suara kendaraan yang lewat di sekitar kami serta merasakan hebusan napas hangat dari Kuroko. Tiba-tiba kedua telapak tangan menempel di wajahku, menariknya hingga aku menatap penuh pada wajah tampan orang di depanku ini. Kuroko mendekatkan wajah sembari menutup mata. Aku juga menutup mataku dan merasakan bagaimana bibir lembut itu menyentuh dahiku yang dingin. Walaupun terhalang poni sedikit, aku masih bisa merasakan kehangatannya yang menyengat tubuhku.

"Terima kasih," Kuroko tersenyum tipis lalu kembali menggenggam tanganku, "ayo kita pergi. Nanti terlambat."

Aku tersenyum dan berjalan beriringan dengannya. Pergi sekolah bersama dan bergandengan tangan dengan orang yang disukai adalah hal yang membahagiakan bagiku sebagai seorang siswa SMA.

***

Kebiasaan kami ketika tiba di sekolah adalah menjaga jarak, seolah-olah aku dan Kuroko hanya sebagai teman. Kuroko bukanlah tipe pencemburu. Dia percaya padaku bahwa aku tidak akan pernah berkhianat padanya, begitu juga sebaliknya. Jadi, Kuroko tidak mempersalahkan bila aku dekat dengan lelaki lain, terutama para teman baiknya.

Kini kami duduk di bangku masing-masing. Aku sedang mendengar penjelasan Gloria sedangkan Kuroko asyik bicara dengan Hana juga Digo. Sesekali kami bertemu pandang dan saling melemparkan senyum.

Me And The Baby Blue BoyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant