9Q: Ciuman Tidak Langsung

1.5K 142 10
                                    

9Q

Ciuman Tidak Langsung

*****

Aku mengunyah stik biskuit cokelat sembari memperhatikan para siswa di kelas ini. Hari ini aku tidak ke kantin karena ibuku membuatkan bekal. Jadi, istirahat pertama aku hanya di kelas sembari memakan stik biskuit dengan sebelah tangan menopang kepala.

Sebenarnya aku sedang bosan. Tidak ada dari mereka yang mau bicara denganku --- kecuali Digo. Aku sudah berusaha menyapa orang-orang di kelas ini dan mereka hanya menanggapiku sebentar kemudian lupa akan keberadaanku. Menghela napas, aku memasukkan lagi sebatang stik ke mulutku.

Selang beberapa menit dan stik biskuitku tinggal sedikit, suara Digo yang bersemangat terdengar dari luar kelas. Aku menoleh ke arah pintu dan melihat Digo, Kuroko, serta seorang pemuda yang lebih tinggi berambut ungu, Akira Sakakibara. Digo ke bangkunya, mengabil sebuah buku kemudian menyerahkannya ke Akira yang sibuk mengunyah snack di tangannya.

Akira mengambil buku itu kemudian membukanya, "Heee ... hanya lima soal yang kau isi?" tanyanya dengan suara khasnya yang manja dan terkesan mengantuk. Matanya yang sayu menatap Digo dengan alis hampir menyatu, "Digo-chin curang!"

Kalau dipikir-pikir, walaupun dengan tubuh yang besar dan tinggi itu, Akira lucu juga. Gayanya yang bicara menandakan dia orang yang manja --- dan lumayan menggemaskan.

"Aku menjawab semampuku," elak Digo.

"Kau tetap saja curang," Akira masih mengerutkan alisnya kemudian menoleh ke arah Kuroko, "Nee, Kuro-chin. Aku pinjam bukumu saja."

"Maaf, Akira-kun. Ryo-kun sudah meminjamnya," jawab Kuroko.

"Heee? Kalian pelit," katanya kemudian memakan kembali snack-nya.

"Ano ... Akira," panggilku sembari mengangkat tangan setengah.

Akira menoleh ke arahku sedikit terkejut, "Rei-chin? Ada apa?"

"Kalau boleh aku tahu, kau ingin meminjam buku apa?"

"Bukan aku yang meminjam, tapi Digo-chin," dia merengut ke arah Digo kemudian kembali menatapku, "Dia berjanji padaku kalau dia akan menjawab dua puluh soal di buku Sejarah, kalau aku memberikan jawaban pada latihan sebelumnya. Tapi dia hanya mengerjakannya lima soal saja."

"Aku hanya mengerjakan semampuku," Digo masih membela diri.

"Kau pemalas," kata Akira sedikit memajukan bibir bawahnya kemudian mulai mengunah snack lagi.

Aku terkekeh kemudian membuka tasku untuk mengambil buku Sejarah. Setelah itu aku beranjak menghampiri Akira, "Kau pinjam saja bukuku. Aku sudah menjawab sampai latihan tiga."

"Banarkah?" Digo bersemangat.

"Ya. Tapi aku meminjamkannya untuk Akira," kataku menatap malas ke pemuda itu yang membuatnya segera mengeluh.

Akira menerima buku itu, "Benarkah? Terima kasih, Rei-chin. Aku bisa belajar untuk ulangan lusa nanti."

Aku tersenyum dengan kedua tangan di belakang, "Un! Semoga berhasil!"

"Nee, Rei-chin. Kau masih memakan itu?" tanyanya senbari menunjuk ke mejaku. Aku segera menoleh dan yang ada di atas meja sebuah buku, tempat pensil, dan sebuah kotak stik biskuit.

"Um ... tidak lagi," jawabku sedikit berbohong. Rencanyanya aku mau menghabiskan stik cokelat tersebut. Namun, ketika mengingat Akira suka makan-makanan manis dan snack, kurasa tidak salahnya membaginya stik itu.

Aku mengambil kotak stik itu lalu memberikannya ke Akira, "Ini untukmu."

Dia tersenyum tipis, "Terima kasih ..."

Me And The Baby Blue BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora