2Q: Seriuslah Sedikit

2.3K 187 6
                                    

2Q

Seriuslah Sedikit

*****

Aku berdiri di dekat pintu masuk ruang Klub Basket. Aika-senpai memanggilku yang entah bagaimana bisa menyadari keberadaanku. Aku mendekatinya setelah membenarkan tas yang tersandang di bahu kananku. Aika-senpai sedang melipat haduk-handuk kecil ketika aku mendekat. Di ruangan ini hanya ada aku dan dia. Mungkin anggota lain sedang berganti pakaian.

"Bantu aku melipat handuk ini," ujarnya.

Aku menurut kemudian duduk di bangku cadangan di dekatnya setelah meletakkan tasku, "Aika-senpai, kalau sebagai manager, tugasnya apa saja?"

"Oh, itu. Kurasa tidak sulit. Kau harus datang lebih awal, menyiapkan handuk dan mencucinya, menyiapkan minuman, obat-obatan, vitamin, mencatat anggaran, mencari pelatih kalau tidak ada, biasanya harus mengikuti rapat saat ada pertemuan..."

Dan aku menghela napas mendengar penjelasan Aika-senpai yang panjang lebar. Kurasa menjadi manager tidak akan mudah seperti yang kubayangkan. Aku harus mengerjakan ini-itu. Aku yakin, yang membersihkan ruang klub ini tidak hanya para anggota. Pasti manager juga harus turun tangan.

Tak sampai selesai melipat handuk, para anggota klub pun datang. Para lelaki itu membuatku tercengang. Tubuh mereka tinggi-tinggi sekali! Aku iri! Tak hanya tinggi, otot-otot lengan juga terlihat jelas. Aku mengagumi tubuh mereka sejenak sebelum aku mendapati Kuroko masuk paling akhir. Perasaan aku saja atau memang dia yang paling rendah? Aku penasaran berapa tinggi pemuda itu, juga yang lainnya. Sebaiknya setelah latihan ini aku meminta data-data mereka.

Aika-senpai berdiri kemudian bertepuk tangan memberi komando. Aku mengerutkan dahi. Kalau dipikir-pikir, kenapa ada gadis ini di sini? Dia bukan manager juga bukan anggota klub. Jadi, dia siapa selain pengganggu?

"Etto ... Aika-senpai," panggilku sembari berdiri dan dia menoleh, "Dimana pelatihnya?"

Aika-senpai menaikkan sebelah alisnya kemudian terkekeh, "Tepat di depanmu,"

Mataku melebar. Tepat di depanku? Yang ada di depanku itu Aika-senpai. Jangan bilang... dialah pelatihnya?!

"A-Aika-senpai pelatihnya?" tanyaku shock yang ditanggapi anggukan darinya, "Eeehhh! Sugoii!"

Teriakkanku sukses membuat para anggota klub mengalihkan pandangan ke arahku. Sadar akan tatapan mereka yang bertanya-tanya dan 'baru menyadari keberadaanku', membuat rona di wajahku tak terhindari lagi. Aika-senpai yang melihatku memerah hanya bisa tertawa.

"Terima kasih, Reika," dia tersenyum kemudian bertepuk tangan kuat-kuat, "Semuanya! Perkenalkan, ini manager baru kita! Kuharap kalian tidak membuatnya gila seperti dua manager sebelumnya yang mengundurkan diri karena tidak tahan dengan tingkah kalian!"

Hah? Sudah ada dua manager sebelum aku? Dan mereka mengundurkan diri karena tingkah para anggota? Apakah benar-benar menyeramkan? Kalau begitu, aku juga mau mengundurkan diri sebelum mereka menggangguku!

Para anggota mulai bersiul-siul, bahkan ada juga yang menatapku dengan pandangan menggelikan. Sebagian dari mereka mulai mengucapkan kalimat yang membuatku harus menahan malu.

"Hentikan omongan jorok kalian!" teriak Aika-senpai kesal, "Ayo, cepat berbaris semuanya! Kita akan melakukan pemanasan setelah itu lari!"

Aura kepemimpinan Aika-senpai menguar. Wajahnya yang tegas dengan tatapan serius membuatku tertegun akan keprofersionalannya. Dia terus berseru memberi semangat dan berhitung saat para anggota mulai pemanasan.

"Ayo, semangat! Satu! Dua! Tiga! Lebih cepat!" serunya ketika mereka melakukan squad jump.

Aku yang tidak melakukan apapun - untuk saat ini - hanya bisa memperhatikan bagaimana mereka melakukan pemanasan. Setelah melakukan push up, Aika-senpai meniup peluitnya, mengintrupsi untuk keluar ruangan. Aku mengikuti mereka yang ternyata ke lapangan football.

Me And The Baby Blue BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora